Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

LIMA tahun pertama kehidupan si kecil merupakan masa emas atau golden age. Disebut masa emas karena pada rentang usia 0 hingga 5 tahun, pembentukan sistem saraf pada anak secara mendasar sudah terjadi. Sehingga, pada masa ini, terjalin hubungan antara sel-sel saraf yang secara kuantitas dan kualitas membentuk kecerdasan pada anak.

Karena itulah, penting bagi orangtua untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil di masa tersebut. Dalam hal ini, perlu pendampingan dan perhatian dari orangtua, terutama ibu, untuk memastikan bahwa si kecil memiliki perkembangan psikososial sesuai dengan tingkatan usianya.

Tapi bagaimana bila sang ibu merupakan seorang working mom, alias ibu yang bekerja? Bagaimana cara mengoptimalkan peran dalam tumbuh kembang si kecil di masa emas tersebut?

Menurut Psikolog Sitti Evangilne Imelda Suaidy, S.Psi, M.Si, meskipun sebagian besar waktunya dihabiskan di kantor untuk bekerja, bukan berarti working mom tidak bisa memberikan peran yang baik dalam tumbuh kembang si kecil.

Dia memberikan tiga tips yang bisa membantu working mom mengoptimalkan peran dalam tumbuh kembang si kecil.

1. Maksimalkan Pemberian ASI

Jika si kecil masih diberikan ASI, Eva menyarankan agar ibu memaksimalkan momen pemberian ASI, baik secara langsung (direct breastfeeding) atau melalui ASI Perah (ASIP).

"Pada saat kita punya waktu untuk memompa ASI di sela pekerjaan di kantor, cobalah untuk menghadirkan si kecil dengan cara membayangkan atau memvisualisasikannya seolah kita sedang bersamanya," kata Eva.

"Lalu cobalah untuk berdialog dengan diri sendiri dan seolah berdialog dengan si kecil saat memerah ASI. Dialog sederhana bisa sangat membantu memberikan stimulus yang baik, seperti 'terimakasih tubuh karena sudah memberikan asi yang baik untuk anak saya. Semoga kamu sehat terus ya nak'," jelas Eva yang juga merupakan dosen Psikologi Bagian Klinis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dengan demikian, momen pemberian ASIP akan melibatkan perasaan dan membuat tubuh serta pikiran lebih rileks karena membantu tubuh mengeluarkan hormon oksitosin yang memicu rasa bahagia.

"Yang bahaya adalah ketika ibu memompa asi, tapi yang keluar adalah hormon kortisol atau hormon stres, karena ibu memompa asi dalam kondisi stres, banyak tekanan atau pikiran," ujar Eva.

2. Perhatikan Perkembangan Psikososial Anak

Pada setiap tingkatan usia, anak memiliki perkembangan psikososial yang harus dicapai. Jika tidak, maka hal itu akan mengganggu perkembangannya dalam tingkatan usia selanjutnya.

Eva menjelaskan, pada tingkatan pertama, atau fase bayi (usia 0 hingga 18 bulan), perkembangan psikososial yang harus dicapai adalah rasa percaya. Anak-anak perlu mengembangkan rasa percaya, bukan hanya pada orang tuanya, tapi juga pada orang lain yang mengasuhnya, seperti nenek atau pengasuh.  

Sementara pada tingkatan kedua atau fase anak usia dini (2 hingga 3 tahun), perkembangan psikososial yang harus dicapai adalah otonomi tubuh. Anak-anak perlu mengembangkan kontrol pribadi atas keterampilan fisik dan kemandirian. Hal ini bisa distimulus dengan cara toilet training.

"Jika anak gagal mencapai perkembangan tersebut di fase ini, maka akan muncul rasa malu atau keraguan pada diri sang anak," kata Eva yang juga merupakan Ketua Divisi Psikologi P2TP2A Tangerang Selatan ini.

Dan pada tingkatan ketiga atau fase preschool (usia 3 hingga 5 tahun), perkembangan psikososial yang harus dicapai adalah inisiatif. Anak-anak perlu mengembangkan kemampuan untuk menegaskan kontrol dan kekuasaan atas lingkungan.

"Pada masa ini, anak-anak seperti remaja, semakin dilarang justru semakin dilakukan," kata Eva.

"Karena itu, penting untuk diingat, dalam fase ini, sangat wajar jika anak aktif dan cenderung tidak mau diatur. Hal yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah jangan melarang, tapi mengalihkan jika anak melakukan hal yang tidak tepat atau tidak baik," jelasnya.

Meski perlu membagi waktu dengan pekerjaan, working mom bisa mengoptimalkan peran dalam tumbuh kembang sang buah hati dengan cara memastikan bahwa dia memiliki perkembangan psikososial sesuai dengan tingkatan usia di atas, terutama ketika pulang ke rumah dan akhir pekan atau waktu libur.

Jika ada perkembangan yang "bolong" atau terlewat, orang tua bisa membantu si kecil dengan cara menstimulus perkembangan psikososial yang belum dicapai di kecil.

"Jadi, semisal, di fase preschool, anak belum juga memiliki inisiatif yang baik, maka orangtua perlu menstimulasinya inisiatifnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat anak melakukan proses berpikir-memilih-menentukan. Contoh kecilnya adalah dengan meminta anak untuk menentukan pakaian apa yang ingin dia pakai, atau makanan apa yang ingin dia santap," jelas Eva.
 
3. Perkuat Kerjasama Lingkungan

Working mom perlu memastikan bahwa ketika bekerja, orang yang menggantikan perannya untuk mengasuh anak, baik itu nenek atau pengasuh, bisa diajak untuk bekerjasama dengan baik. Mereka memiliki peran untuk tetap "menghadirkan" orang tua si kecil dalam aktivitas sehari-hari.

"Jadi, setiap kali melakukan aktivitas, nenek atau pengasuh harus menyelipkan nama ibu atau ayah. Misal, 'Adek makan yuk! Kata ibu, adek harus makan supaya sehat'," jelas Eva.




Dengarkan Remajamu

Sebelumnya

Bunda, Yuk Persiapkan Mental Si Kecil untuk Semangat Kembali ke Sekolah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting