KOMENTAR

WAJAHNYA hilir-mudik di layar kaca dengan peran-peran heboh yang membuatnya identik sebagai perempuan cerewet dan galak. Mampukah Della meyakinkan masyarakat untuk memilihnya sebagai calon wakil rakyat?

Nama Della Puspita sudah mewarnai layar kaca selama lebih dari satu dekade. Di tahun 2001-2002, ia bermain dalam Pernikahan Dini, sinetron yang melambungkan namanya. Memainkan peran gadis desa yang patuh dan lugu bernama Ratna, Della bersama Agnes Monica dan Sahrul Gunawan sukses merebut hati penonton tv dengan meraih Drama Seri Favorit Panasonic Awards selama dua tahun. Sedangkan dalam tiga tahun terakhir ini, akting ciamik perempuan kelahiran 6 Agustus 1979 ini hadir di sinetron Dunia Terbalik dan The Power of Emak-Emak.

Mengaku sudah lama ditawari untuk berkiprah di ranah politik, namun baru di tahun 2018 pemilik nama asli Nisisari Henny Puspita ini mantap menerima pinangan partai politik untuk menjadi calon legislatif. Pilihannya jatuh pada Partai NasDem. Kepada Farah, ibu dari Don Aubrey Daisuke dan Fara Miyako Emi Joana ini berbagi kisah tentang langkahnya di dunia politik.

F: Apa visi dan misi yang Mbak Della usung sebagai caleg?

DP:  Saya pakai slogan “The Power of Emak-Emak”. Kebetulan beberapa waktu lalu sebelum pencalegan, saya memang terlibat dalam sebuah sinetron berjudul The Power of Emak-Emak. Itu sangat menginspirasi saya. Apalagi jauh sebelumnya slogan ini viral dan sangat melekat di hati masyarakat. Tentang bagaimana kekuatan ibu-ibu baik di rumah tangga maupun dalam kehidupan sosial.

Kita semua tahu bahwa emak-emak (ibu-ibu) merupakan pilar dalam rumah tangga. Kalau dalam negara, merekalah tiang negara. Artinya, fungsi dan peran perempuan sangat besar. Saya sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai dua anak, paham betul dengan banyaknya permasalahan di sekitar kita. Jadi permasalahan dalam rumah harus kita selesaikan dahulu, kemudian baru kita bisa menjamah masalah yang lebih luas di luar rumah.

F: Seperti apa konkretnya?

DP: Saya ingin lebih dulu membenahi masalah domestik. Apa yang sering dihadapi emak-emak? Biasanya tentang anak. Kemudian banyak perempuan yang punya talenta, kemauan, tapi tidak punya kesempatan untuk membantu menambah pemasukan rumah tangga. Saya ingin mengeksplorasi para ibu Indonesia lebih maksimal dalam menjalankan rumah tangga.

 

 

F: Apalagi permasalahan perempuan yang Mbak Della perjuangkan?

DP: Masalah sosial yang dekat dengan perempuan adalah soal pendidikan juga ketenagakerjaan. Pendidikan paling krusial. Negara yang hebat adalah negara yang memiliki generasi muda yang smart dan berkualitas. Negara harus turut andil mencerdaskan anak-anak, bukan semata tanggung jawab orangtua. Bagaimanapun juga, orangtua sudah membesarkan dan mengajarkan attitude serta pendidikan agama ke anak, itu sudah lebih dari cukup. Saya ingin negara bisa menyediakan pendidikan berkualitas yang bisa dijangkau semua kalangan, untuk meringankan beban orangtua.

Belajar dari pengalaman sendiri, anak saya belajar di sekolah percontohan di DKI Jakarta dan semua tidak berbayar sama sekali. Saya bermimpi, apa yang diperoleh anak saya bisa saya bawa ke Dapil, insya Allah jika saya jadi anggota dewan. Saya ingin Dapil saya menjadi percontohan bagi wilayah lain. Jikapun tidak bisa terwujud sekolah gratis, setidaknya pemerintah bisa mensubsidi sebagian kebutuhan yang harus dibayar. Misalkan uang gedung atau buku.

Untuk masalah tenaga kerja perempuan, karena setiap daerah memiliki masalah berbeda, solusinya pasti berbeda. Talenta ibu-ibu di setiap daerah juga tidak sama, maka peluangnya pun berbeda. Yang ingin saya lakukan adalah bagaimana agar usaha yang dijalankan para ibu ini sudah ada pembelinya. Jangan sampai usaha yang dibangun menjadi mubazir, hingga tidak tepat sasaran.

F: Selain permasalahan yang dihadapi emak-emak, adakah permasalahan lain yang Mbak Della temui di masyarakat?

DP: Ada satu hal yang baru saya temui sejak aktif blusukan Juli tahun lalu. Ada bapak-bapak bilang, “Selama ini selalu yang diperjuangkan mengenai hak perlindungan untuk anak- anak dan emak-emak, bagaimana dengan hak perlindungan untuk bapak-bapaknya?”Alhamdulillah, saya bisa menjelaskan ke mereka bahwa hak itu memang harus ada tetapi penempatannya harus tepat. Itu menjadi PR baru buat saya.

F: Persiapan apa yang dilakukan untuk menjadi anggota dewan?

DP: Pertama, memperkenalkan diri saya sebagai caleg yang siap memperjuangkan nasib mereka untuk hidup yang lebih baik. Mereka harus kenal siapa saya, bukan hanya kenal wajah atau nama. Saya juga harus mengenali masyarakat di Dapil agar tahu apa yang mereka butuhkan. Jadi intinya harus saling mengenal dulu. Jadi jika nanti terpilih, saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan. Tugas anggota dewan kan, bekerja atas perintah rakyat.

F: Dalam memilih partai politik, apa pertimbangan Mbak Della?

DP: Sebenarnya 10 tahun lalu saya sudah didekati beberapa parpol. Hanya saya belum berminat. Baru kemudian dikenalkan salah satu teman dengan Partai NasDem. Saya tidak langsung mengiyakan, karena saya harus kenal dulu seperti apa NasDem. Kebetulan NasDem satu-satunya parpol yang mengadakan kelas politik bagi mereka yang tertarik dengan politik, melalui Akademi Bela Negara (ABN). Saya ikut beberapa kelas, saya berdiskusi dan ngobrol dengan para petinggi NasDem. Alhamdulillah, mereka memberi motivasi untuk saya maju.

Akhirnya saya memantapkan diri untuk nyaleg. Dari segi waktu, tidak masalah dengan status sebagai entertainer. Dari segi usia, saya merasa cukup matang. Dari segi pengalaman, apa yang saya perjuangkan secara tidak langsung sudah pernah saya jalani. Kebetulan pula, NasDem punya slogan “AntiMahar”. Saya selalu bilang ke konstituen bahwa saya satu dari segelintir caleg yang tidak ‘beramplop’. Saya yakin, niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik pula. Kalau saya harus bagi-bagi amplop di tiga kabupaten: Bekasi, Karawang, dan Purwakarta, berapa banyak yang harus saya keluarkan? Nanti kalau jadi anggota dewan malah cari proyek untuk ganti ongkos kampanye. Itu bukan niat saya.

F: Jika terpilih, siapkah meninggalkan dunia hiburan?

DP: Buat saya, ini adalah kesempatan dan waktu yang tepat untuk nyaleg. Karena dari segi pekerjaan, saya sangat bisa berbagi waktu. Pekerjaan saya 10 tahun lalu dengan pekerjaan saya sekarang frekuensi waktunya sudah sangat berbeda. Kalau dulu mungkin saya bisa bekerja dari pukul tujuh pagi hingga sebelas malam, misalnya, tetapi kalau sekarang pekerjaan satu hari bisa saya kerjakan tiga hari sekali. Buat saya itu tidak akan menjadi masalah besar. Tetapi yang terpenting tentu saja prioritas saya adalah untuk kebaikan masyarakat. Insya Allah, apa yang saya lakukan untuk orang banyak, akan menjadi manfaat, dan menjadi kebaikan pula bagi anak-anak.

F: Bagaimana dukungan keluarga terhadap pencalonan Mbak Della?




Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Sebelumnya

Mooryati Soedibyo Tutup Usia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women