Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, bersama siswa SD Laboratorium Jakarta Timur
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, bersama siswa SD Laboratorium Jakarta Timur
KOMENTAR

 

Namun, sebagai ibukota negara, pekerjaan di Jakarta sangat banyak. Mulai dari mengurusi ibu hamil, sampai mengurusi penguburan warga yang meninggal dunia. Dari mengurusi gedung pencakar langit, sampai perkampungan padat.

“Alhamdulillah, saya senang menjalani tugas ini. Kalau tidak senang, tidak akan senyum sekarang,” ujarnya.

Anies menambahkan, dirinya tidak melihat ada pekerjaan yang berat. Karena berat atau ringan adalah perasaan. Semuanya kalau diniatkan dengan baik akan mendapatkan ridha dan insya Allah akan ringan meskipun pekerjaan itu besar.

“Ada urusan kecil, tapi karena tidak dapat ridha dariNya, terasa berat sekali,” sambung Anies.

Penanya lain, Farah Ayesha Salsabila, mengatakan dirinya pernah menghadiri perayaan HUT DKI Jakarta di Silang Monas, dan setelah kegiatan berakhir dia melihat banyak sampah. Lantas dia bertanya, bagaimana meningkatkan kesadaran warga agar mau membuang sampah pada tempatnya.

Merespon Farah, Anies mengatakan, perlu untuk mengubah persepsi bahwa apa yang disebut sampah sebenarnya adalah sisa dari kebutuhan yang tidak habis dikonsumsi. Karena itu, menjadi tanggung jawab warga untuk tidak meninggalkan “sampah” atau “sisa” tadi, apalagi di sembarangan tempat.

Kalau dilihat sebagai sisa, maka akan lahir kecenderungan untuk melihatnya sebagai benda yang masih dapat diaur ulang.

Masih terkait soal sampah, menjawab pertanyaan siswi lain, Latisha Aurellie, tentang cara yang dilakukan pemerintah agar sampah tidak menumpuk, Anies mengatakan, pemerintah bekerja keras dari proses memungut sampah sampai mengolahnya.

Saat ini Pemprov DKI Jakarta memiliki lebih dari 1.200 truk pengangkut sampah yang bekerja setiap hari. Sampah yang dikumpulkan dibawa ke tempat pembuangan akhir di Bantar Gebang.

“Kita di Jakarta lagi membangun tempat pengolahan sampah di Sunter. Nanti adik-adik lihat ya. Tapi nanti adik-adik lihat pas sudah SMP,” ujar Anies menceritakan pembangunan Intermediary Treatmen Facility yang dapat mengolah sampah menjadi tenaga listrik.

Pertanyaan lain yang menggelitik disampaikan Raivand Fakhrizal mengenai rencana pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur.

“Kalau Ibukota dipindahkan, bagaimana dengan nasib jakarta. Apakah pusat perekonomian dan bisnis akan pindah ke ibukota baru?” tanya dia.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Anies balik bertanya ke para siswa apakah menginginkan ibukota negara dipindahkan ke tempat lain, yang disambut jawaban: tidak mau karena Jakarta akan jadi kampung.

Mendengar jawaban lugu ala anak-anak itu, Anies tersenyum. Setelah itu, ia melanjutkan jawabannya.

“Walaupun ibukota negara dipindahkan, tetapi kegiatan usaha di Jakarta akan tetap berlangsung,” kata Anies.

Dia mencontohkan, bila ada satu gedung kementerian di Jakarta yang dikosongkan karena kementerian pindah bersama ibukota negara, maka gedung itu dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan ekonomi.

Anies juga mengatakan, dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk memindahkan ibukota negara.

“Mungkin itu baru mulai bekerja saat adik-adik mulai kuliah. Perlu waktu. Kan lama bikinnya,” jawab Anies disambut rasa lega anak-anak.

Usai tanya jawab, Anies memberikan bingkisan kepada siswa yang mengajukan pertanyaan dan membaca puisi berupa topi pet lapangan hitam dengan tiga melati di bagian depan serta tulisan “Gubernur” dan “Anies Baswedan” di masing-masing sisinya.

Bingkisan ini membuat hati siswa yang menerima semakin berbunga-bunga. Sungguh, bagi mereka Anies Baswedan adalah gubernur yang menyenangkan.




Kementerian Ketenagakerjaan Terima 1475 Laporan terkait Masalah THR

Sebelumnya

Bertemu CEO Tim Cook, Presiden Joko Widodo Minta Apple Bangun Pabrik dan Pusat Inovasi di Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News