KOMENTAR

ADA sesuatu yang menarik pada sidang Mahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2019 yaitu para pendukung paslon 01 menghujat tim hukum 02 sebagai Sengkuni.

Namun tidak kalah menarik adalah ternyata para pendukung paslon 02 menghujat tim hukum 01 juga sama sebagai Sengkuni.

Tampaknya kedua belah pihak memang sepakat dalam menghayati wiracarita Mahabharata versi Wayang Purwa yang memerankan Sengkuni sebagai tokoh jahat.

Hikayat Kemelut Politik

Adalah mahaguru Islam dan kebangsaan saya, Gus Dur, yang menyadarkan saya bahwa sebenarnya Sengkuni bukan tokoh jahat atau baik namun sekadar seorang tokoh yang berpihak ke kepentingan Kurawa, sama halnya dengan Kresna yang berpihak ke kepentingan Pandawa.

Di dalam hikayat politik Mahabharata versi India mahakarya Vyasa tersurat kisah keluarga besar Bharata yang terdiri dari 100 Kurawa, putra Drestarata dan lima Pandawa putra Pandu yang terlibat ke dalam kemelut politik perebutan takhta kerajaan Hastinapura.

Kemelut perseteruan antara sesama cucu raja Sentanu terus menerus memuncak sehingga akhirnya meledak sebagai sebuah perang saudara dahsyat yang disebut sebagai Bharatayudha di medan pertempuran Kurusetra.

Wantimraj

Masing masing pihak keluarga besar Bharata yang sedang berseteru memiliki Wantimraj (Dewan Pertimbangan Raja). Wantimraj Kurawa diketuai Sengkuni sementara Wantimraj Pandawa diketuai Kresna.

Maka Kurawa dan para pendukungnya sangat benci Kresna yang dianggap penjilat dan penghasut Pandawa. Sebaliknya Pandawa dan para pendukung sangat benci Sengkuni yang dianggap penjilat dan penghasut Kurawa.

Kepentingan

Di dalam Mahabharata versi India, tidak ada kejelasan yang tegas membedakan antara yang baik dengan yang jahat pada Kurawa dan Pandawa.

Kedua pihak sama-sama dianggap baik maupun jahat akibat hanya dianggap sama-sama membela dan memperjuangkan kepentingan masing-masing.

Namun di dalam kisah Wayang Purwa versi Jawa, memang lebih jelas kepro-kontraannya. Pandawa diposisikan sebagai pihak yang baik sementara Kurawa diposisikan sebagai pihak yang jahat.

Meski pada kenyataan kedua belah pihak sebenarnya sekadar membela dan memperjuangan kepentingan masing-masing untuk duduk di atas singgasana Hastinapura.

Maka dengan sendirinya di dalam kisah Wayang Purwa, Kresna yang kebetulan berada di pihak Pandawa beruntung diperankan sebagai tokoh baik sementara Sengkuni yang kebetulan berada di pihak Kurawa terpaksa harus ikhlas naas diperankan sebagai tokoh jahat.

Meski sebenarnya Kresna dan Sengkuni sekadar hanya membela dan memperjuangkan kepentingan tim sukses masing-masing.

Wayang Kulit

Pada pergelaran Wayang Kulit, di depan layar tampak Kurawa menghadap ke kanan dan Pandawa ke kiri.

Namun dari balik layar langsung tampak Kurawa menghadap ke kiri dan Pandawa ke kanan.

Kenisbian arah tergantung tampakan dari depan atau belakang layar pergelaran Wayang Kulit pada hakikatnya memiliki makna falsafah sangat mendalam.

Sebuah falsafah Wayang Purwa yang arif mengungkap kenisbian makna dan nilai baik dan buruk di dalam kehidupan yang sepenuhnya tergantung pada dimensi dari sisi mana dan siapa yang memandang dan menafsirkan.

Penulis adalah pembelajar falsafah Wayang Purwa.




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana