KOMENTAR

SETIAP kali mendengar kata sirkus umumnya hal-hal yang terbayang di benak kita adalah panggung yang besar yang memungkinkan atlet sirkus melompat setinggi mungkin, jaring-jaring yang sangat lebar untuk menampung atlet sirkus yang menjatuhkan diri dari lompatan. Juga ayunan di ketinggian yang digunakan atlet sirkus untuk melompat dan salto. Juga kalau perlu kandang harimau, atau lintasan kuda dan gajah.

Selain tentu saja kostum atlet sirkus yang khas, yang warna-warni, yang seperti pakaian senam atau renang, memperlihatkan lekuk tubuh.

Tetapi sirkus Formosa bukan sirkus biasa.

Properti panggung juga tidak rumit seperti sirkus biasa. Didominasi kursi dan bangku pendek, serta penopang berkaki tiga untuk adegan akrobatik pada sesi terakhir.

Sepintas mirip sendra tari dan teaterikal, mengandalkan kelenturan dan gerak-gerik simbolik. Musik yang diperdengarkan sepanjang satu jam penampilan pun syarat makna, keindahan dan keharmonisan Taiwan.

Penampilan Formosa Circus Art (FOCA) di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta, Kamis malam (27/6), memang dalam rangka menyukseskan program "Kebijakan Baru ke Arah Selatan Taiwan" atau “New Southbound Policy” (NSP) untuk memperkuat kerja sama Taiwan dengan Indonesia dan India di bidang kesenian.

Jalannya sirkus cukup memukau penonton. Para peserta sirkus tampil berbeda setiap sesinya, suasana di teater juga mendadak seperti berada di Taiwan saat mereka tampil dengan gaya busana khas wushu dibalut dengan alunan instrumental mandarin.

Mereka juga lihai dalam soal menjaga keseimbangan tubuhnya dengan berjalan dengan tangannya di atas bangku kayu panjang, sesekali diseling tarian khas.

Adapun mereka bermain yoyo dengan sangat lihat, melemparnya ke bagian langit-langit yang begitu tinggi dan kembali di tangannya dengan sempurna, para penonton pun terpesona dan disambut riuh tepuk tangan.

Kepala Taipei Economy and Trade Office (TETO) Jhon Chen sebelum pertunjukkan mengatakan bahwa sejarah kelahiran FOCA sangat mengagumkan.

"Mereka sering berlatih di bawah tanah (basement) kampus, maka sering diusir penjaga, oleh karenanya saat ini persahabatan mereka jadi sangat erat," kata Jhon Chen yang kala itu mengenakan batik biru.

Bahkan kata Chen, proses pembentukan FOCA membuat mereka jadi saling membantu di kala ada anggota lainnya yang tidak mampu membayar sewa tempat tinggal.

"Semangat kebersamaan membuat mereka menghargai segala pertunjukkannya," kata Chen.

Sementara itu, salah satu anggota FOCA, Hu Chia-Hao, mengatakan dirinya sangat menikmati menjadi pemain sirkus, meskipun lampu yang sangat terang di panggung menjadi tantangannya saat tampil.

"Ya ini saya sangat enjoy, terkadang lampu yang terang membuat saya agak kesulitan, tapi kami selalu berhati-hati dalam penampilan kami," kata Hao.

FOCA didirikan pada tahun 2011,  dan telah memiliki pengalaman lebih dari 1.000 kali tampil di 20 negara dan 50 kota. Mereka beranggotakan para pemuda dengan usia di atas 20 tahun, dengan latar belakang akrobatik, hip-hop, wushu, seni teater, dan lainnya.

Setelah tampil di Jakarta, FOCA akan tampil pada 30 Juni di Ciputra Hall, Surabaya, dan di India pada 2 Juli di Rani Seethai Hall, Chennai dan 6 Juli di Kamani Auditorium, New Delhi.

Penampilan di Jakarta melengkapi tour setelah tampil di Festival d’Avignon di Perancis, Edinburgh Festival Fringe di Inggris, Kakiseni Music Festival di Malaysia, Semper Opernball Dresden di Jerman, dan Setouchi Creative Circus Festival di Jepang.




Stephanie Poetri setelah I Love You 3000, Makin Berkibar di Pentas Musik Dunia

Sebelumnya

Taylor Swift (Lagi-Lagi) Cetak Sejumlah Rekor Lewat Album Terbarunya, The Tortured Poets Department

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Entertainment