KOMENTAR

SEBENARNYA mahaguru kemanusiaan saya, Sandyawan Sumardi sedang sibuk membangun Sanggar Daya Kemanusiaan di Kampung Sumur mau pun bekerja sama dengan Pemprov DKI mempersiapkan pembangunan Kampung Susun untuk para warga Bukit Duri yang tergusur 28 September 2016.

Namun beliau masih berkenan menyempatkan diri mengirim sebuah berita nestapa dari Tambakrejo, Semarang.

Gusur

Ratusan Satpol PP kota Semarang dengan pakaian seragam dinas lengkap dengan alat berat menggusur warga Tambakrejo, Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara, Kota Semarang secara tidak mematuhi perjanjian yang tersurat di dalam Kesepakatan Perdamaian tertanggal 13 Desember 2018 antara para Warga Tambakrejo, Kelurahan Tanjungmas, Semarang dengan BBWS Pemali-Juana dan Pemkot semarang yang juga dimediatori oleh Komnas HAM.

Sri Solekah

Jumat 10 Mei 2019, secara mengharukan reporter Liputan6.com, Semarang, Felek Wahyu berkisah tentang nestapa seorang warga kampung Tambakrejo, Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara bernama Sri Solekah.

Perempuan tua ini tetap memasak hidangan puasa Ramadan sambil makan sahur bersama para warga yang digusur pada sebuah tenda darurat di atas tumpukan puing-puing reruntuhan dinding rumah entah siapa.

“Jarene mengentaskan kemiskinan, iki wis warga miskin malah dipetek-petek (Katanya mengentaskan kemiskinan, ini warga miskin malah diinjak-injak),” gerutu Mbah Solekah sambil tangannya terus mengaduk sayur di wajan. Tanpa ada senyum sedikitpun.

Zigam

Ada yang mendekat atau tidak, Mbah Solekah konsisten dengan gerutuan sambal memasak masakan berbumbu nestapa.

“Tegel banget. Sasi pasa kok omah diambrukke. Wingi kampanye janjine kesejahteraan, mbelgedhes (Sungguh tega. Bulan puasa kok merobohkan rumah warga. Kemarin saat kampanye menjanjikan kesejahteraan. Mbelgedhes),” ratapnya sambil didampingi seorang cucunya, Zigam yang masih kecil.

Zigam sempat diselamatkan seorang pelajar dari gilasan bulldozer penggusur. Mulut Sri Solekah terus menggerutu “Bejamu ya nang, ana siswa nylametke  (Beruntunglah kamu nak, ada pelajar yang menyelamatkan),” katanya kepada Zigam.

Sang cucu diam dan terus minum susu dari botol. Zigam seperti tak tahu apa yang terjadi terhadap rumah orang tua dan neneknya. Zigam tak tahu bahwa tempat tinggal mereka digusur atas nama pembangunan pada bulan suci Ramadan.

Tampaknya cita-cita luhur tersirat di dalam sila Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia belum terwujud akibat masih ada rakyat Indonesia belum menikmati nikmatnya kemerdekaan Indonesia.

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana