KOMENTAR

SEBAGAI muslim, inilah momen yang begitu dinanti. Bulan Ramadhan identik dengan suka cita. Kemeriahan sahur dan berbuka, belum lagi acara bernapaskan Islam di layar televisi, juga sajian diskon di pusat perbelanjaan yang menggiurkan. Para ibu rumah tangga misalnya, sudah menyiapkan menu satu bulan lengkap dengan berbagai camilan khas Ramadhan untuk ifthar.

Nah, kemeriahan itulah yang kerap melenakan kita. Bahwa berpuasa, makna sejatinya adalah menahan diri. Bagi anak-anak kecil, mungkin kita mengajarkan mereka bahwa berpuasa adalah menahan diri dari lapar dan haus sejak subuh hingga maghrib. Namun bagi kita, muslim yang sudah akil baligh belasan atau puluhan tahun lalu, masihkah menjalankan puasa layaknya anak kecil (baca: hanya menahan lapar dan haus)?

Seorang muslim tidak hanya mempuasakan perutnya saja. Ada hati, ada telinga, ada mulut yang juga harus ikut berpuasa. Menahan diri. Jika selama ini rasanya kita begitu mudah mencari-mencari kesalahan orang lain, maka tekadkanlah untuk menjadi pribadi yang lebih bijak di bulan suci ini.

Camkan kuat-kuat di pikiran kita: tidak ada manusia yang sempurna. Dan kita, tidaklah lebih baik dari orang yang kita bicarakan kelemahan di belakangnya. Bukankah kita tidak tahu jika orang tersebut bisa jadi beribadah lebih khusyuk dari kita? Atau dia memiliki hubungan sosial yang lebih baik dari kita?

Maka inilah momen yang sangat tepat untuk menjadikan diri kita lebih khusyuk menggapai ridha Allah. Jangan kita seperti peribahasa “gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak” yang melupakan aib diri kita demi memilih mengumbar aib seseorang. Menganggap diri kita yang paling benar.

Jika memang kesalahan orang itu adalah hal yang dilarang dalam agama, akan lebih baik kita memberi masukan padanya dengan baik dibandingkan membicarakannya di belakang lalu mengajak orang lain membencinya. Kita harus sadar bahwa tidak ada keberkahan Allah dalam tingkah laku kita tersebut.

Yang perlu harus selalu kita ingat adalah kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Apakah kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan di tahun depan? Tak ada yang bisa memastikannya. Karena itulah, mari mengejar ridha Allah agar selepas Ramadhan, kita bisa menjadi pribadi bertakwa seperti yang dikatakan Allah Swt. dalam al-Baqarah ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.”

Marilah mendekat pada al-Qur’an. Di sela-sela aktivitas kita di bulan Ramadhan, perbanyaklah membaca dan menadaburkan Qur’an. Inilah bulan diturunnya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Saatnya kita mendekat kepada ayat-ayat Allah, mendekat kepada kebaikan, dan segera menjauhi godaan setan yang akan menodai puasa kita. Jika tidak sekarang, kapan lagi?




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur