KOMENTAR

PEREMPUAN multitalenta ini yakin bahwa dengan mengutamakan hubungannya kepada Allah, hubungan dengan sesama manusia otomatis akan terjaga baik.

Kesibukan sebagai istri Wali Kota Parepare, penulis, pendakwah, perancang busana, sekaligus politisi sangat menyita waktu. Bagi Erna semua itu tidak luput dari peran komunikasi, kekuatan doa, usaha yang maksimal serta selalu menjaga silaturahmi. “Jika hubungan kita kepada Allah sudah baik, insya Allah hubungan kita terhadap sesama manusia juga akan baik. Jika ada manusia yang tidak baik, kita harus melihat apakah shalatnya sudah benar atau belum,” kata Erna.

Kesibukan istri Wali Kota Parepare Taufan Pawe ini makin menggunung dengan jabatan Ketua PKK Parepare dan keaktifannya di BKMT (Badan Koordinator Majelis Taklim) se-Indonesia wilayah Sulawesi Selatan. Erna juga dikenal sebagai penggagas pemberantas buta huruf al-Qur’an dengan mendirikan Majelis Anak Saleh (MAS) Parepare, dan sebagai Ketua Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Selain di berbagai penjuru tanah air, penulis buku Al-Qur’an dan Rahasia Umur 40 Tahun ini sering pula diundang untuk berdakwah di Malaysia, Thailand dan negara lain di Asia Tenggara.

Tak hanya berdakwah melalui lisan, tulisan, dan politik, Erna juga bersyiar lewat fesyen dalam karya-karya hasil rancangannya. Sebagai muslimah, mengenakan busana yang santun menutup aurat sekaligus tetap terlihat indah kini sudah menjadi kebutuhan. Dalam Gelaran Indonesia Fashion Week 2019, Erna Rasyid turut berpartisipasi menampilkan busana ethnic-islami rancangannya dalam sebuah Trunk Show Millenial Ethnic Fashion Show yang digelar Komunitas Designer Etnik Indonesia (KDEI) bekerja sama dengan Omiles. Melalui pagelaran ini Erna mengangkat kain Tana Toraja, karena belum banyak orang yang mengenal kain adat ini.

Lahir di Tana Toraja dari Ibu yang asli Toraja dan Bapak dari Enrekang, membuat Erna sangat peduli untuk memajukan fesyen di daerahnya. Alasannya memilih tenun Toraja karena belum banyak orang yang mengenal kain adat Toraja. Sebagai ketua Dekranasda, Erna juga ingin mengangkat kerajinan tangan berbahan dasar kerang. Serta makanan khas seperti roti mantau, karena roti mantau dari Parepare memiliki ciri khas yang berbeda dari roti mantau lain yang banyak beredar di pasaran.

Saat ini Parepare sudah menjadi destinasi wisata yang diminati, bukan sekadar tempat persinggahan sementara. Untuk lokasi wisata sekarang juga sudah banyak di Parepare, diantaranya Monumen Cinta Sejati  Ainun Habibie, Taman Mattirotasi, Taman Syariah, Pantai Lumpue, Tonrangeng Riverside, Pare Beach, Kebun Raya Jompie, dan masih banyak lagi. Tidak ketinggalan toko-toko yang menjual suvenir.

Kiprah Erna sebagai Ibu Wali Kota, pendakwah, penulis, aktivis keagamaan dan sosial, juga seorang perancang busana, membuat Erna layak disebut salah satu Kartini Indonesia masa kini. Baginya, keseimbangan kesibukan sehari-hari tidak boleh melalaikannya dari pengabdiannya sebagai hamba Allah. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan langkah demi langkah seorang Erna.

 

 

Dakwah dalam Politik

F: Apa suka duka yang Ibu rasakan selama menemani Bapak menjabat Wali Kota?

ER: Saya yakin semua yang terjadi pada diri saya, baik suka maupun duka, adalah kehendak Allah Swt. Karena itu kuncinya adalah bersyukur ketika senang dan bersabar ketika susah. Saya berusaha tidak memasukkan hal-hal negatif ke dalam hati. Saya sebenarnya tergolong orang yang cuek; dalam arti tidak mau ambil pusing dengan orang-orang yang ada di sekeliling saya dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Namun, bukan berarti cuek berarti tidak punya empati dan kepedulian terhadap orang lain. Kita harus pandai memilah kapan harus peduli dan tidak peduli agar tidak stres menghadapi kehidupan, terlebih lagi di media sosial.

F: Bagaimana agar semua kesibukan yang Ibu lakukan menjadi ladang dakwah?

ER: Karena background saya memang dari dakwah, maka setiap kali saya bertemu masyarakat, saya hanya menyampaikan pelajaran politik kepada masyarakat mengenai seperti apa sesungguhnya Islam memandang politik. Saya selalu merujuk kepada firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 26-28 yang artinya: “Katakanlah (Muhammad): Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas). Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apapun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali”.

F: Menurut Ibu, seperti apa seorang pemimpin yang baik itu?

ER: Masyarakat perlu tahu kriteria apa yang harus dimiliki seorang pemimpin. Jangan memilih orang-orang ingkar sebagai pemimpin dan pelindung. Siapa orang ingkar itu? Apabila ia ber-KTP Islam kemudian tidak menjalankan rukun Islam, maka ia termasuk orang yang ingkar. Lalu kemudian dilihat lagi, bagaimana hubungannya dengan sesama manusia? Baik atau tidak, sombong atau rendah hati. Nah, ini semua harus menjadi pertimbangan kita semua. Jangan sampai meninggalkan orang-orang baik dan beriman hanya karena money politics.

F: Hikmah apa yang Ibu dapatkan seiring kesibukan yang bertambah banyak saat ini?

ER: Saya banyak memberikan tausiah-tausiah pada saat turun ke masyarakat. Dan saya melihat, kebanyakan masyarakat masih menelan mentah-mentah apa yang disampaikan para tokoh atau politisi. Karena itu, jangan sampai kita memberikan contoh yang tidak baik kepada masyarakat. Hikmahnya, saya bisa bertemu dengan begitu banyak orang di sembilan kabupaten. Yang tadinya saya hanya fokus di Parepare, walaupun sesekali pernah ke luar dari Parepare, tetapi tidak se-massive sekarang.

 

F: Apa yang menjadi motivasi Ibu masuk ke dunia politik?

ER: Ketika saya diminta maju ke panggung politik, saya harus siap. Dan ketika saya siap, saya harus berusaha maksimal. Ini menjadi cara untuk berjihad di jalan Allah. Karena jihad yang terpenting adalah bagaimana mengalahkan hawa nafsu. Artinya, kita harus dapat menaklukkan diri sendiri lebih dulu sebelum bisa membuat orang mengikuti kita. Dengan begitu, hubungan dengan sesama manusia akan menjadi baik karena kita selalu mendoakan dan memaafkan kesalahan orang lain.

F: Bagaimana cara Ibu memperjuangkan pemberdayaan perempuan?

ER: Yang pertama akan saya lakukan, lagi-lagi, sesuai dengan potensi yang diberikan Allah kepada saya. Memang saya ingin memberdayakan perempuan, tetapi terlebih dahulu saya akan intens mengajak mereka kembali kepada Al-Qur’an, setelah itu, barulah potensi mereka dimaksimalkan. Karena apa? Tanpa tuntunan Al-Qur’an saya pikir tidak akan bisa menyelesaikan apa-apa. Masalah di negara ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan kecerdasan dan kekayaan saja, tetapi harus diselesaikan dengan cara-cara dan hukum-hukum Allah. Ini dulu yang harus kita lakukan. Karena syarat untuk menjadi suatu negara yang sejahtera itu hanya satu, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tesebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langi dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al-A’raf: 96). Itu janji Allah. Jadi, ketika masyarakat sudah beriman, meskipun sedikit pasti akan berkah.




Masnu’ah, Pahlawan Ketidakadilan Gender di Pesisir Demak

Sebelumnya

Bangkit dari Titik Terendah, Sri Mulyani Ingat Pesan Ibu untuk Berpegang Teguh pada 3 Hal Ini

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women