KOMENTAR

PN: Sebenarnya pendekatan dengan masyarakat perkotaan maupun di daerah-daerah sama saja. Prinsipnya, kita harus menyentuh masyarakat, mendatangi masyarakat. Saya bersyukur, alhamdulillah orang masih mengenal saya sehingga pendekatan lebih mudah dan mereka pun lebih welcome. Kami bisa berdialog, mengadakan pengajian, senam bersama yang sifatnya fun, hingga lomba masak. Mereka menyambut dengan tangan terbuka. Kuncinya ya itu, dekati masyarakat, kunjungi masyarakat.

Saya selalu mengatakan kepada masyarakat, semua caleg tentu memiliki visi dan misi yang (hampir) sama. Tapi kembalikan lagi ke hati nurani, apakah orang tersebut sosok yang bisa dipercaya atau tidak. Hati kita tidak bisa dibohongi untuk melihat mana yang tulus dan berkualitas. Saya katakan: Saya caleg Partai Golkar nomor 2 dari Dapil DKI 2, silakan pilih saya jika percaya kepada saya.

F: Bidang apa yang menjadi visi dan misi seorang Puput Novel?

PN: Saya tertarik di bidang pendidikan, pariwisata, dan kebudayaan. Tidak jauh-jauh dari background dunia entertainment yang saya tekuni. Tentang pariwisata, mencari cara bagaimana memaksimalkan sumber daya alam dan meningkatkan kualitas SDM di dalamnya agar mendatangkan lebih besar devisa. Adapun jika membicarakan pendidikan, menurut saya masih sangat kurang. Meskipun ada progress, yaitu sekolah gratis tingkat SD dan SMP, tapi seharusnya digratiskan sampai jenjang SMA karena tiga tahap itu merupakan basic. Saya melihat masih banyak aspek pendidikan yang harus ditingkatkan.

F: Apakah caleg boleh menyasar Komisi di DPR yang diinginkan?

PN: Saat melamar sebagai caleg, kami memang diminta mencantumkan pilihan Komisi yang dituju. Saya menulis Komisi X, sesuai latar belakang dan visi-misi saya. Tapi nanti jika terpilih, partai dapat melihat potensi lain dalam diri seseorang, hingga bisa saja ditempatkan di Komisi lain yang lebih membutuhkan. Saya siap untuk ditempatkan di Komisi manapun.

Kampanye Efektif

F: Apa yang membedakan kampanye dulu dan sekarang?

PN: Saya melihat masyarakat sudah bosan dengan orasi. Dulu, bisa ada panggung musik dan sifatnya massal. Berbeda dengan lima tahun terakhir, banyak batasan-batasan dari KPU. Sekarang pendekatannya lebih personal. Walau jumlah konstituen yang kita temui hanya berkisar 200-300 orang, tapi kegiatan yang dilakukan lebih menyentuh mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari dialog, olahraga bersama, masak bareng. Mereka sering mengusulkan kepada saya apa yang ingin mereka lakukan, dan itu diwujudkan.

F: Apakah penentuan dapil dibuat oleh partai?

PN: Ya. Partai memiliki strategi terkait penempatan caleg-calegnya. Tentang siapa ditempatkan dimana, tentu ada pertimbangannya. Jika dulu saya di Dapil Jabar 8, sekarang saya ditempatkan di Dapil DKI 2 Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri. Dapil Jakarta ini disebut sebagai dapil ‘neraka’ karena masyarakat ibukota berbeda dan para pentolan parpol ditempatkan di sini.

Untuk dapil luar negeri, saya sudah mengunjungi Malaysia, Singapura, Korea, juga ke beberapa kota besar di Amerika seperti Atlanta dan Houston. Tentu saja saya menyasar tempat yang memiliki basis WNI besar.

F: Bagaimana antusiasme WNI di luar negeri?

PN: Alhamdulillah banyak dari mereka masih mengenal saya. Mereka selalu menyimak berita-berita seputar Pemilu melalui internet. Mereka juga memahami banyaknya hoaks yang beredar selama ini dan banyak bertanya kepada keluarga mereka di tanah air tentang kebenarannya. Jadi mereka up to date.

 

F: Apakah ilmu yang Mbak Puput pelajari di S2 membantu dalam aktivitas politik?

PN: Saya kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, mengambil Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tesis saya bukan soal politik, tapi menyoroti kesejahteraan pekerja seni. Memang ada teori-teori yang bisa diaplikasikan di lapangan dalam urusan terjun ke masyarakat, tapi tetap saja guru terbaik adalah pengalaman turun langsung ke lapangan itu sendiri.

Artis dan Politik

F: Bagaimana Mbak Puput melihat makin banyak artis yang terjun ke politik?

PN: Boleh saja mereka terjun ke politik selama mereka mengikuti proses pengkaderan dan penggojlokan sebagai politisi. Jika kita sudah lama masuk ke parpol, kita pasti akan mengikuti proses tersebut. Demikian juga dalam berorganisasi, kita akan digembleng untuk terbiasa terjun ke masyarakat. Bisa dikatakan bahwa artis yang sudah lama bergelut di organisasi lebih banyak pengalamannya.

Tapi saya juga tidak bisa menganggap mereka yang tiba-tiba masuk parpol itu tidak baik. Mungkin memang selama ini mereka sangat sibuk hingga belum ada kesempatan serius di politik. Tapi harus dihargai niat baik mereka untuk menjadi calon wakil rakyat. Sekarang tinggal buktikan saja dengan visi dan misi yang qualified. Kita jangan keburu bersikap apriori terhadap para artis yang memiliki niat baik dalam berpolitik.

F: Bagaimana dengan artis yang mengandalkan popularitas untuk menarik pemilih?

PN: Sebenarnya tidak hanya artis. Tokoh-tokoh politik yang sudah terkenal juga memanfaatkan nama besar mereka untuk diterima masyarakat. Kalau memang dia dikenal, ya kita tidak perlu merasa antipati. Dan artis atau tokoh yang terkenal juga jangan ge er dulu. Pada akhirnya yang terjadi adalah seleksi alam. Masyarakat akan melihat siapa yang memiliki kualitas diri dan visi-misi yang kuat.

F: Bagaimana menyikapi pandangan miring masyarakat tentang anggota dewan, terutama yang terlibat korupsi?




Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Sebelumnya

Mooryati Soedibyo Tutup Usia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women