KOMENTAR

KEPEDULIAN terhadap aksi terorisme penembakan umat muslim di Christchurch yang terjadi Jumat lalu terus berlanjut. Perempuan New Zealand sepakat mengadakan NATIONAL SCARF DAY, yaitu pengalaman satu hari mengenakan hijab, yang akan dilaksanakan pada Jumat (22/03/19) untuk mengenang para korban penembakan sekaligus aksi solidaritas terhadap para muslimah.

Anna Fifield, Kepala Biro Pemberitaan Washington Post di Beijing yang merupakan kelahiran New Zealand aktif mempublikasikan rencana National Scarf Day ini melalui laman media sosialnya.

Dalam akun Facebooknya, Anna menulis New Zealand women will be wearing hijab this Friday to show solidarity with Muslim women in the wake of Christchurch shootings.

Ia juga memposting gambar perempuan muslim mengenakan hijab sekaligus menulis kalimat menggunggah THEY ARE US, WE ARE ONE.

Aksi ini mengajak perempuan New Zealand mengenakan hijab dalam satu hari untuk menunjukkan solidaritas terhadap para perempuan muslim di Christchurch. Berfotolah dengan mengenakan hijab lalu unggahlah di media sosial untuk menunjukkan bahwa dunia tidak akan tunduk pada terorisme.

Sebelumnya, Perdana Menteri New Zealand Jacinda Ardern juga mengenakan scarf hitam yang dipasang sebagai penutup kepalanya (hijab) saat menemui para korban penembakan di komunitas muslim di Christchurch. Jurnalis Negar Mortazavi menyebut hijab yang dikenakan PM Ardern sebagai “a sign of respect”.

National Scarf Day ini mengingatkan kita pada World Hijab Day (WHD) yang diprakarsai Nazma Khan, muslimah Amerika berdarah Bangladesh. WHD dilaksanakan setiap tanggal 1 Februari. Perempuan muslim dan nonmuslim dari 140 negara di dunia diharapkan dapat merasakan pengalaman berharga dengan mengenakan hijab selama satu hari.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News