KOMENTAR

TINGKAT pengetahuan masyarakat tentang  bahaya narkoba sudah cukup baik, hanya saja tentang bagaimana upaya melakukan pencegahan terhadap narkoba masih tergolong rendah. Dengan demikian, perlu adanya upaya komunikasi, edukasi, dan informasi yang lebih maksimal tentang cara melakukan pencegahan yang efektif dari ancaman bahaya narkoba. Dalam hal ini, orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam melindungi anak-anak mereka dari ancaman barang haram dan berbahaya itu.

“Untuk generasi muda dan orang yang belum terpapar narkotika, selama ini kita berpegang pada slogan “say no to drugs”. Nah ini bisa jadi pedang bermata dua. Di satu sisi, kita diingatkan bahwa narkotika adalah hal yang berbahaya. Di sisi lain, ini bisa membuat orang, khususnya remaja menjadi penasaran dan malah ingin mencobanya,” tutur dr. Andreas Kurniawan, SpKJ. Maka tidak cukup bila kita hanya meneriakkan ‘say no to drugs’ saja tanpa memberikan edukasi yang sifatnya menyeluruh.

Langkah pertama dimulai dari rumah. Orang tua sebaiknya bisa menyediakan waktu untuk diskusi dengan anak-anaknya tentang bahaya narkoba. Bukan hanya sekedar mengatakan “jangan”, melainkan juga harus mendengarkan tentang apa pendapat anak-anaknya dan menjawab keingintahuan mereka tentang bahaya narkoba tersebut. Bila tidak dimulai dari rumah, khawatirnya anak akan mencari informasi ke luar rumah dan akan sangat berbahaya apabila ia bertemu dengan sumber yang kurang terpercaya.

“Secara umum, kita punya prinsip jauhi obatnya, bukan penggunaannya. Perang yang dilakukan selama ini pun adalah perang terhadap narkotika dan pengedarnya, bukan penggunaanya,” ujar Andreas. Pemberantasan peredaran narkotika tidaklah mudah. Bahkan, di negara maju sekalipun narkotika masih menjadi ancaman besar. Sebagian besar negara, termasuk Indonesia, masih berpegang pada prinsip rehabilitasi bagi setiap pengguna narkotika.

“Rehabilitasi ini jangan hanya dibayangkan sekedar mengurung atau menjauhkan seseorang dari obat-obatan terlarang. Selama proses rehabilitasi mereka seharusnya juga diajarkan berbagai keterampilan, melatih pola komunikasi dan problem solving, serta mempersiapkan diri ketika nanti kembali ke masyarakat,” tutup Andreas.




Film Horor dan Dampak Psikologisnya terhadap Anak

Sebelumnya

Tidak Mendapat Hak Waris, Ini yang Nanti Diterima Anak Adopsi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family