KOMENTAR

MENJADI muslimah yang teguh berhijab dan meraih mimpi berhasil dibuktikan oleh seorang Halima Aden dengan terpilihnya ia masuk dalam Cover Majalah Vogue Inggris edisi Mei 2018.

Gadis kelahiran Kenya, 19 September 1997 ini sukses mematahkan stigma bahwa hijab adalah penghalang untuk bisa meraih mimpi. Hebatnya lagi, mimpi yang diwujudkan nyata oleh Halima adalah menjadi top model di negara adidaya Amerika Serikat.

Bagi para model yang tidak berhijab pun, dunia modeling di Amerika adalah industri dengan kompetisi yang sangat sengit. Banyak gadis-gadis belia berwajah cantik dan bertubuh proporsional yang bermimpi menjadi the next Claudia Schiffer, Cindy Crawford, Tyra Banks, atau setidaknya menyaingi ketenaran supermodel zaman now Kendall Jenner dan Hadid bersaudara, Bella dan Gigi.

Industri fashion yang semakin besar di segala penjuru dunia, menjadikan industri modeling pun makin berkembang. Seiring dengan slogan be your own beauty yang kian marak digaungkan, kriteria model kini tak harus berkulit putih dan berbadan tipis. Tak terkecuali bagi seorang muslimah yang berhijab.

Halima berhasil meruntuhkan pendapat bahwa dunia modeling tidak cocok dengan perempuan berhijab. Terlebih lagi saat ini para perancang top dunia makin aktif menciptakan koleksi modest wear. Hijabi berdarah Somalia-Amerika ini pertama mencuri perhatian publik setelah tampil sebagai semifinalis dalam ajang Miss Minnesota USA tahun 2016.

Mahasiswi St. Cloud State University ini juga berhasil membuktikan bahwa ia tak hanya piawai membawakan busana karya disainer papan atas tapi juga berprestasi dan inspiratif bagi generasi muda. Hal itu terkait bagaimana perjalanan hidupnya dari seorang gadis kecil yang lahir di sebuah kamp pengungsian bernama Kakuma menjadi sosok model ternama. Halima juga dikenal sebagai aktivis kemanusiaan yang sering diundang untuk menjadi narasumber yang memotivasi kaum muda. Gadis bertinggi 166 cm ini pada pertengahan tahun 2018 terpilih menjadi Duta UNICEF yang banyak mengunjungi anak-anak pengungsi di berbagai belahan dunia.

Keikutsertaannya di Miss Minnesota USA kemudian menarik IMG Models, sebuah agensi model ternama dunia yang berbasis di empat kota fesyen dunia New York, London, Milan, dan Paris, untuk merekrutnya selama tiga tahun. Surpisingly, IMG menyetujui semua syarat yang diajukan Halima: mengenakan hijab dalam setiap aktivitas, membawakan busana yang tidak memperlihatkan kulit (aurat), tempat ganti baju yang tertutup, dan hanya ‘disentuh’ oleh fashion sylist-MUA perempuan.

Halima memulai debutnya pada Februari 2017 di panggung New York Fashion Week membawakan koleksi Yeezy Season 5. Sejak itu, Halima pun mulai wara-wiri di catwalk membawakan sejumlah nama beken, termasuk Alberta Ferretti dan Maxmara.

 

 

Tentang menjadi model, kepada Vogue, Halima mengatakan, “It’s not about the clothing, it’s about the person inside. What are your values, characteristics, are you a kind person, first and foremost? That’s what we should be judging people on.”

Kesibukannya di dunia modeling tidak melenakan Halima dari tugas sebagai UNICEF Ambassador. Latar belakang sebagai anak yang tinggal di pengungsian membuat Halima sangat fokus dan mencintai kontribusinya mengunjungi anak-anak di kamp pengungsian, salah satunya ketika datang ke Meksiko tahun lalu.

Ia memahami betul bahwa anak-anak itu membutuhkan figur untuk berbagi keluh kesah dan menjaga semangat, agar kelak saat mereka bisa ‘melihat’ dunia, mereka dapat mewujudkan semua impian dan cita-cita. (F/ dari berbagai sumber)




Dari Kuliner hingga Skincare, Inara Rusli Fokus Mengembangkan Bisnis

Sebelumnya

Bacakan Surat untuk Palestina, Irish Bella Ajak Masyarakat Ikut Bersuara

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Entertainment