Mahathir Mohamad bersama pendiri Universitas Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri, di Jakarta, 2016.
Mahathir Mohamad bersama pendiri Universitas Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri, di Jakarta, 2016.
KOMENTAR

TSUNAMI perak atau silver tsunami adalah istilah yang digunakan para gerontologis, penstudi usia, untuk kelompok manusia di usia senja hingga di atas 90 tahun. Kata perak merujuk pada warna rambut mereka yang umumnya keperak-perakan atau memutih.

Gambaran umum tentang manusia di usia senja adalah kondisi fisik dan kesehatan yang semakin lemah, kecenderungan untuk pasif di tengah anggota keluarga. Namun, tidak sedikit juga "silver tsunami" yang menolak gambaran umum itu. Kelompok tsunami perak yang ini masih terlihat aktif di bidag masing-masing dengan stamina yang kurang lebih masih OK.

Menurut media Jepang, Nikkei Asian Review, di negeri sakura itu lebih dari 26 persen penduduknya kini berusia di atas 65 tahun, dan hampir lima orang di antara 10 ribu orang berhasil mencapai usia 90 hingga 100 tahun.

Dengan mengabaikan pandemik yang serius, World Health Organization (WHO) memperkirakan harapan hidup secara global meningkat menjadi 72 tahun sejak 2016. Adapun Central Intelligence Agency (CIA) mencatat harapan hidup manusia di Asia lebih tinggi  dari kawasan lain. Di Jepang, Singapura, Makau dan Hong Kong, bisa mencapai lebih dari 80 hingga 85 tahun.

Di tahun 2018 yang lalu, menurut Nikkei, ada sepuluh manusia hebat berusia di atas 90 tahun yang memiliki peran luar biasa di Asia. Dalam daftar yang dirilis Nikkei di awal tahun 2019 itu, Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad yang berusia 93 tahun, menempati posisi pertama.

Mahathir pernah kena serangan jantung di tahun 1989 dan menjalani operasi koroner di tahun 2007. Belakangan ini dia juga mendapatkan persoalan di bagian dada.

Namun terlepas dari semua itu, Mahathir masih tampil prima, bahkan lebih prima dibandingkan junior-juniornya yang 20 tahun lebih muda. Ia juga memiliki perkawinan yang bahagia dengan Siti Hasmah (92). Keduanya telah menikah selama 72 tahun.

Penunggang “tsunami perak” kedua di dalam daftar Nikkei adalah pengusaha real estate dan filantropis dari Hong Kong, Lee Shau Kee (90). Pria kelahiran Shunde di Provinsi Guangdong, RRC, ini pindah ke Hong Kong pada tahun 1949 setelah Partai Komunis China menang dalam perang saudara melawan Kuomintang.

Lee tercatat sebagai orang terkaya nomor dua di Hong Kong. Dia merayakan ulang tahun ke-90 di awal 2018 lalu bersama dengan 37 orang yang pernah ia sekolahkan di Wadham College, Oxford, antara 1979 hingga 2006.

Lal Krishna Advani (91) dari India berada di posisi ketiga. Anggota partai penguasa, Bharatiya Janata Party (BJP), ini merayakan ulang tahun ke-91 pada 8 November lalu.

Dia mulai aktif di arena politik di era 1940an, dan terpilih menjadi anggota Dewan sebanyak sebelas kali. Saat ini ia menjadi wakil Gandhi Nagar, ibukota negara bagian Gujarat yang juga merupakan kota asal Perdana Menteri Narendra Modi.

Wanita pertama di dalam daftar Nikkei adalah Sadako Ogata. Akademisi dan diplomat senior Jepang itu kini berusia 91 tahun. Ia menempuh pendidikan di Georgetown University, Amerika Serikat di awal 1950an. Di era 1980an dia mulai mengikuti pendidikan di University of California, Berkeley, dan di era itu pula ia menjabat sebagai Dekan Hubungan Luar Negeri Sophia University di Tokyo.

Di tahun 1990, Ogata bertugas sebagai ahli independen pada misi Komisi HAM PBB di Myanmar. Lalu dia juga aktif di UNHCR antara 1991 hingga 2000. Ogata juga berperan dalam berbagai misi di Afrika Utara, Yugoslavia, Rwanda dan Afghanistan.

Presiden Republik Demokratik Rakyat Korea (RRDK) atau Korea Utara, Kim Yong Nam, juga masuk dalam daftar manusia hebat penunggang Tsunami perak.

Pria berusia 91 tahun ini menempati posisi Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea sejak 1998. Ini adalah posisi terkuat kedua setelah pemimpin tertinggi yang kini adalah Kim Jong Un.

Bersama adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, Kim Yong Nam menghadiri pembukaan olimpiade musim dingin di Pyeongchang awal 2018 lalu. Itu adalah diplomasi olimpiade ketiga yang dihadirinya setelah Olimpiade 2008 di Beijing dan Olimpiade 2014 di Sochi, Rusia.

Selanjutnya dalam daftar penunggang “tsunami perak” adalah Thich Nhat Hanh dari Vietnam. Oleh para pengikutnya, pria berusia 92 tahun ini dikenal sebagai guru Zen, pemimpin spiritual, aktivis perdamaian, dan pujangga. Dari semua itu, kata yang digunakan untuk merujuk dirinya adalah Thay yang berarti Guru.

Thich Nhat Hanh juga kerap dianggap sebagai guru Budha paling berpengaruh nomor dua di dunia setelah Dalai Lama.

Seperti Dalai Lama, Thich Nhat Hanh juga hidup di pengasingan sejak 1966, terutama di AS dan Prancis. Dia diizinkan kembali ke Vietnam pada tahun 2005. Di tahun 2014, Thich Nhat Hanh terkena serangan stroke yang membuatnya tidak bisa bicara.

Orang ketujuh di dalam daftar Nikkei adalah Nuon Chea (92). Ia merupakan orang nomor dua di Khmer Merah, Kamboja. Pengaruhnya begitu besar di Kamboja pada era 1970an, ketika Pol Pot begitu berkuasa.

Bulan November 2018, bersama Khieu Samphan (87) yang pernah menjadi presiden rezim Khmer Merah, Nuon Chea dinyatakan terbukti bersalah terhadap suku Cham dan minoritas Vietnam saat berkuasa.

Tidak dapat dipungkiri, Nuon Chea adalah pejabat Khmer Merah paling penting yang masih bertahan hingga kini. Ia terlibat dalam pembantaian yang terjadi bersamaan dengan hancurnya Indochina dan berakhirnya Perang Vietnam di pertengahan 1975. Diperkirakan, 1,8 juta orang tewas dieksekusi oleh Khmer Merah. Atau setara dengan seperlima populasi pada masa itu.

Tokoh Asia kedelapan di dalam daftar “penunggang tsunami perak” adalah politisi senior Filipina, Juan Ponce Enrile yang kini berusia 94 tahun.

Ia pernah menjadi ketua Senat dari tahun 2008 hingga 2013 dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan di masa Presiden Marcos dari tahun 1972 hingga 1986.




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News