KOMENTAR

SOSOK ibu idaman terus diperdebatkan sepanjang masa, dan kaum perempuan pun terus berharap pada hidup yang cuma sekali ini dapat menjelma sebagai ibu yang baik. Impian tersebut patut didukung, dan akan lebih berharga apabila mengambil terlebih dahulu sejumlah rujukan kepada Alquran. Kitab suci memaparkan ibu dengan berbagai episode kehidupan yang menakjubkan. Pastinya ada hikmah keteladanan sehingga ibu-ibu inspiratif itu diabadikan dalam kitab suci yang dibaca oleh milyaran umat manusia.

Membangun Peradaban

Tidak mudah garis takdir yang dijalani Siti Hawa, dari kenikmatan tiada tara di surga lalu terlempar dalam kehidupan bumi yang berjuta masalahnya. Episode Hawa mengajarkan kita bahwa hidup bagaikan roda, kadang di atas kadang di bawah. Ibu sejati dapat melalui dinamika kehidupan tanpa beban batin, sebab semua garis takdir sudah suratan Ilahi. Hawa hadir ke bumi lalu melahirkan anak-anak yang membangun peradaban dunia. Hawa menjadi ibu ketika peradaban di bumi ini dimulai dari nol.

Setiap ibu memikul amanah membangun peradaban, karena keberlangsungan peradaban manusia akan terhenti tanpa peran ibu. Namun Siti Hawa memperlihatkan bahwa tugas ibu bukan hanya melahirkan tapi juga membangun peradaban yang tantangannya sangatlah berat. Sampai sekarang masih ada stigma bahwa Siti Hawa yang menjadi penyebab Adam terusir dari surga. Padahal dalam Alquran dinyatakan Adam dan Hawa sama-sama bersalah, sama-sama bertaubat, dan sama-sama mendapatkan ampunan Allah. Sedangkan kehadiran manusia di bumi bukan karena kesalahan Hawa melainkan memang sudah disebut Allah sebelum penciptaan Adam bahwa manusia akan menjadi khalifah di muka bumi. 

Para ibu hendaknya meneladani Hawa yang tetap menyelesaikan tugasnya dengan baik meskipun stigma buruk terus diarahkan padanya. Hawa tetap melahirkan dan mendidik anak-anak yang menjadi bintang peradaban. Hawa tidak banyak berpolemik, tapi ia membuktikan kiprahnya sebagai teladan sepanjang masa.

Tanpa Suami

Maryam sosok yang sangat populer. Satu-satunya perempuan yang melahirkan tanpa suami, tanpa pernikahan. Kecaman luar biasa kejam bertubi-tubi menghunjam ke jantungnya. Sang perempuan suci dituduh bermaksiat. Maryam tetap tegar dan berhasil mengasuh putranya hingga menjadi seorang nabi yang hebat. 

Tidak ada lagi perempuan yang bisa seperti Maryam. Jangan coba-coba mengaku hamil tanpa suami, karena hanya Maryam seorang yang mendapatkan keistimewaan itu. Namun konsep hidup Maryam dapat diadopsi, sangat mungkin perempuan juga akan mengalami proses melahirkan tanpa suami, maksudnya tanpa didampingi suami. Boleh jadi kejadiannya akan berlanjut membesarkan anak tanpa suami alias single parent.

Apabila mengalami ini, maka teladanilah Maryam. Kita tidak akan benar-benar sendiri, karena ada Allah yang mendampingi. Keyakinan inilah yang membuat Maryam kuat, bahkan ia mampu melahirkan sendirian di bawah pohon. Dia tangguh menghadapi badai cibiran masyarakat. Akan ada masanya kita adalah ibu yang sendiri, tapi kesendirian kita itu bersama kasih sayang Ilahi.

Menghanyutkan Anak

Ibu Nabi Musa menghanyutkan bayi merahnya di aliran sungai Nil. Keputusan berani ini harus dipilih demi menyelamatkan nyawa putranya dari ancaman pedang pasukan Fir’aun. Rela berpisah demi kebaikan anak, itulah nilai luhur dari sang ibu. Sebesar apapun besarnya cinta pada anak, sadarilah suatu saat kita harus rela melepaskannya. Anak-anak harus menjalani kehidupan, mereka perlu mengejar cita-cita. Supaya perpisahan itu tak menyakitkan, maka persiapkan perpisahan itu semenjak dini. Tiada yang lebih berat dibanding perpisahan dengan anak yang masih bayi merah. Namun disana ada nilai heroiknya, karena sang ibu terus mengawasi dari kejauhan bayinya yang hanyut. Sampai ia melihat bayi itu diambil dan dirawat baik oleh istri Fir’aun.

Sekalipun berpisah, baik itu terpaksa atau memang disengaja, seorang ibu hendaknya mengawasi anak meskipun dari jauh. Buatlah jarak aman selama proses pengawasan, sebab jika anak masih kecil dan pengawasannya longgar maka anak bisa celaka. Sebaliknya anak sudah besar tapi pengawasan amat ketat dapat membuat anak tidak kunjung dewasa.

Amanah di Usia Senja

Seorang pria mengeluh, istrinya yang sudah berumur kok bisa-bisanya hamil. Menurutnya ini kecelakaan. Ada guratan kekalutan di cahaya matanya, karena bertambahnya anak akan membuat makin berat beban di pundak ringkihnya. Padahal setiap anak itu sudah ada yang menjamin rezekinya.

Sarah adalah ibu yang sangat tua tapi berhasil mendapatkan anak di usia senja. Dia menyambut kehadiran putranya dengan tawa. Sikap inilah yang perlu dijaga oleh ibu-ibu yang berumur tapi belum memiliki momongan. Keajaiban itu selalu ada, karena Allah tak pernah menutup mata-Nya. Selagi bersikap optimis maka rezeki anak akan terus hadir. Anak itu termasuk rezeki Ilahi, tidak seorang pun yang dapat menghalangi kalau itu memang sudah rezeki kita. Bagi yang belum dikaruniai anak, dapat melakukan segala ikhtiar yang halal, namun jangan lupa meneledani Sarah yang tidak pernah berputus asa dengan karunia Tuhannya.

Mencari Air Untuk Bayi

Dalam ibadah haji ada rangkaian pelaksanaan Sai, yaitu berlari-lari kecil antara Safa dan Marwa. Uniknya, prosesi ibadah ini mengabadikan sekaligus memuliakan Siti Hajar yang di zaman dahulu kala, tatkala Mekah masih berupa padang pasir kosong melompong. Disana hanya ada Hajar bersama bayinya Ismail yang menangis kehausan sementara ASI di dadanya telah kering. Maka Hajar berlari tujuh kali mondar-mandir antara bukit Safa dan Marwa demi mencari setitik air kehidupan, bukan untuk dirinya melainkan demi buah hati tercinta. Dan Siti Hajar gagal mendapatkan air setetes pun. Namun ia mendapatkan keajaiban dari Allah, sumur Zamzam terbit di kaki putranya.

Kaum ibu hendaklah meneladani kuatnya keyakinan yang terpancang di hati Siti Hajar. Di padang pasir gersang tak berpenghuni, ia masih mondar-mandir mencari air. Sekalipun air tidak ada, tetapi Allah pasti ada. Tuhan yang dengan ajaib menghadirkan air kehidupan bahkan telaga Zamzam masih mengeluarkan air sampai sekarang. Seberat apapun bahkan semustahil apapun, seorang ibu jangan pernah pudar semangatnya. Tidak ada yang mustahil jika Allah yang berkehendak. Teruslah berjuang dengan bermodalkan tawakal kepada Tuhan. Tugas manusia hanyalah berusaha dan Allah yang tentukan hasilnya.

Mempunyai Anak Angkat

Aisiyah menjalani hidup yang berat, ia dipaksa menikah dengan pria yang teramat kejam, Fir’aun. Selain itu dia pun tidak mempunyai keturunan. Hingga suatu hari Aisiyah mandi di sungai Nil dan melihat sebuah keranjang hanyut. Dia langsung jatuh cinta pada bayi merah yang berada di dalam keranjang itu. Aisiyah langsung menjadikannya anak angkat dan diberi nama Musa. Mempunyai anak angkat memang tidak pernah mudah, suaminya dengan sangat keras ingin memanggal leher si jabang bayi. Ketika itu Fir’aun mengerahkan pasukannya menyembelih semua bayi laki-laki dari Bani Israil. Pasalnya ia bermimpi buruk kerajaannya akan hancur oleh bayi yang lahir di saat itu. Fir’aun curiga bayi yang hanyut itu berasal dari keturunan Bani Israil. Tapi Aisiyah dengan gagah berani mempertahankan selembar nyawa seorang bayi yang tak berdaya. Akhirnya Musa selamat dari terjangan pedang tajam Fir’aun.

Sebagian perempuan ditakdirkan tidak melahirkan anak, karena anak itu tidak selalu dari yang dilahirkan. Apabila seorang perempuan tidak kunjung berhasil memiliki keturunan, maka ia tetap bisa menjadi ibu dengan mengambil anak angkat. Ini bukan sekadar melepaskan kerinduan memiliki anak, namun melalui anak angkat juga dapat dititipkan kasih sayang dan cita-cita yang besar.

Pada kisah Aisiyah kita dapat bercermin, sekalipun statusnya ibu angkat tapi kewajiban membela dan memperjuangkan anak haruslah ditunaikan. Anak angkat punya hak untuk hidup yang layak serta masa depan yang cerah. Jangan sampai nasibnya tersia-siakan hanya karena berstatus anak angkat.

Demikianlah sekelumit kisah-kisah inspiratif dari Alquran mengenai ibu-ibu yang luar biasa. Sayangnya tema ibu cantik tidak dibahas Alquran. Tampaknya perempuan cantik fisiknya bukanlah bahasan menarik, dan diabaikan dalam kitab suci. Karena keindahan kepribadian yang lebih menjadi perhatian pembahasan Alquran. Kenyataan ini hendaknya semakin memotivasi para ibu untuk meningkatkan kualitas pribadinya dan tidak melulu terjebak dalam memoles keindahan fisik belaka. Jadilah pribadi inspiratif yang kemuliaannya dikenang oleh berbilang zaman.




Mematahkan Mitos Menikah di Bulan Syawal

Sebelumnya

Menyibak Rahasia Syawal

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur