KOMENTAR

F: Sejak kapan ingin jadi atlet profesional?

I: Sejak tahun 2013, setelah menjuarai Pekan Olahraga Pelajar, Kejurnas Pelajar. Saya berpikir, saya bisa menjadi pesilat hebat jika saya latihan dengan konsisten seperti yang saya lakukan selama ini. Di Samarinda, saya dilatih oleh Kak Sofyan dan Kak Ganda.

F: Lalu mengapa menikah muda saat sedang menjalani Pelatnas?

I: Sebenarnya kami berencana menikah selepas Asian Games 2018. Tapi, Pelatih (Rony Syaifullah, Pelatih Kepala Pelatnas Pencak Silat) melihat perjalanan dan prestasi yang saya dan Sarah raih, lalu menyarankan kami untuk mempercepatnya. Menurut beliau, pernikahan dapat membuat kami meraih prestasi puncak.

 

F: Bagaimana reaksi keluarga?

I: Orangtua awalnya sempat kaget. Tapi melihat kami berdua sudah siap, terutama saya yang sudah bisa membuktikan diri bisa hidup mandiri sejak SMP, mereka mendukung. Kami berdua juga tidak keberatan. Ini adalah yang terbaik bagi kami berdua, sekaligus diharapkan dapat menyumbangkan yang terbaik pula untuk bangsa.

F: Menikah sejak Maret 2018, bagaimana kehidupan kalian sebagai pengantin baru?

S: Belum sempat tingga serumah karena setelah Asian Games ini masih banyak acara yang harus kami hadiri. Kadang berdua, kadang sendiri-sendiri. Menyambut Kejuaraan Dunia bulan Desember 2018 di Singapura, bisa jadi kami juga harus ikut Pelatnas lagi.

I: Yang pasti, untuk momongan kami tunda dulu sampai tahun 2020. Tahun depan ada SEA Games, dan target utama kami berdua adalah juara di PON 2020.

F: Apa yang membuat kalian tertarik satu sama lain?

I: Pertama bertemu Sarah saat Pekan Olahraga Pelajar di Makassar tahun 2012. Kami saat itu masih SMA. Saya melihat Sarah silatnya sangat hebat. Jarang ada perempuan pesilat yang bisa sekuat dan sebagus dia. Ternyata setelah mengenal Sarah, memang kepribadiannya kuat dan mandiri.

S: Iqbal itu sangat dewasa dan ngemong. Kedewasaannya tergambar dari cara dia menyampaikan sesuatu.

F: Tampil garang di matras, bagaimana keseharian seorang Sarah?

S: Begitu keluar dari gelanggang dan menanggalkan baju silat, saya menjadi Sarah yang jauh dari kata garang. Jadi istri yang nurut sama suami. Imam saya, ya suami.

F: Apa Sarah pernah terluka dan berpikir untuk mundur dari silat?

S: Sebelum Asian Games sempat mengalami retak di bagian siku tangan saat latihan. Tapi sudah setengah jalan, untuk apa mundur. Pun ketika mata lebam saat semifinal melawan pesilat Vietnam. Ini risiko.

I: Sarah itu kuat dan tangguh. Lebam dan memar sudah biasa dalam pertandingan.

F: Apa rencana ke depan sebagai suami istri?

S: Tinggal di Samarinda.

I: Saya besar di Kaltim, yang membesarkan nama saya sampai sekarang ya, Kaltim. Dan sebelum Asian Games, saya sudah punya rumah di Samarinda. Nanti hadiah pembangunan rumah dari Pemerintah akan kami gunakan untuk merintis usaha. Inginnya sih, jadi pengusaha kos-kosan (sambil tersenyum)

F: Loh, tidak ingin jadi pelatih?

I: Jika saya dapat kesempatan melatih, saya ingin sekali jadi pelatih. Tapi jika tidak memungkinkan, saya akan membuat semacam sasana latihan silat. Tetap ada yang berkaitan dengan Pencak Silat.




Yousra, Aktris Sekaligus Aktivis kemanusiaan Peraih Penghargaan Golden Tanit di Beirut International Women Film Festival 2024

Sebelumnya

Sekilas tentang Muslim Women Australia: Merajut Asa, Merangkul Keberagaman

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women