KOMENTAR

“JIKA engkau sudah menemukan kebahagiaan dalam ketaatan, dunia dan seisinya hanyalah sebuah keniscayaan.”

Institut Ibu Profesional terpilih menjadi satu dari 115 komunitas terpilih di dunia yang mendapatkan pendampingan langsung dari kantor pusat Facebook selama satu tahun untuk membesarkan impact dari aktivitas IIP yang telah dijalankan selama ini. Sejak Facebook mengumumkan adanya Community Leadership Program pada Februari 2018, IIP segera mendaftar dan mengikuti seleksi. IIP bersaing ketat dengan 6000 komunitas di seluruh dunia melalui tahap interview, mengirimkan portofolio kegiatan IIP, sekaligus seleksi leader yang memiliki visi dan komitmen tinggi dalam mengembangkan komunitasnya.

Tak hanya IIP yang terpilih, Septi Peni Wulandani selaku founder dan leader komunitas Ibu Profesional pun terpilih menjadi fellow leader. Ia berkesempatan mendapat pelatihan pembangunan komunitas yang lebih besar dan berdampak lebih luas sekaligus membangun jejaring dengan para community leaders seluruh dunia dalam Facebook Community Leadership Program pada 9-12 Oktober 2018 di kantor pusat Facebook di Silicon Valley, San Fransisco, Amerika Serikat.

Kabar membanggakan tersebut menjadi sebuah pencapaian istimewa dalam perjalanan Institut Ibu Profesional yang berdiri sejak 22 Desember 2011. Prestasi yang menurut Septi Peni Wulandani merupakan hasil kerja keras segenap jajaran IIP di pusat maupun di kota-kota seluruh Indonesia.

Sebelumnya, IIP juga terpilih sebagai The Most Influence Community 2017 versi koran Jawa Pos dan Penggerak Pendidikan Keluarga 2017 versi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Demikian pula nama Septi Peni Wulandani yang telah meraih banyak penghargaan, dua di antaranya sebagai Woman Enterpreneur Award Ashoka Foundation USA tahun 2007 dan Inspiring Women Award tahun 2008-2009.

Saat ini tercatat ada 21.500 Ibu Profesional yang tersebar di 34 provinsi, 57 titik kabupaten/ kota, dan 10 negara. “Kemenangan ini adalah kemenangan kita bersama, karena Anda semua sudah menjadikan Ibu Profesional sebagai diri Anda sendiri, perwujudan karakter yang menguat tahun demi tahun, serta adanya komitmen dan konsistensi yang tinggi di dalam komunitas. Ini tentang menjalankan peran sebagai ibu, sebagai istri, dan sebagai perempuan dengan penuh ketaatan,” tulis sang founder.

Menebar Kebaikan

Jauh sebelum IIP lahir di Salatiga, Ibu Septi, biasa ia disapa, lebih dahulu dikenal sebagai penemu Jarimatika, sebuah metode pengajaran matematika menggunakan jari-jari tangan sebagai alat bantu. Metode yang ia temukan berdasarkan keingintahuan dan keinginannya agar bisa mengajarkan matematika dalam atmosfer yang menyenangkan untuk anak-anaknya. Ibu Septi yang tak pelit ilmu kemudian mengedukasi para ibu di lingkungan sekitarnya untuk menguasai Jarimatika. Konsep ini kian berkembang hingga dibuat lembaga kursus Jarimatika di berbagai kota. Kemudian bertambah masif dengan dicetaknya buku-buku Jarimatika.

Kiprah Septi Peni Wulandani dalam dunia parenting dan pendidikan di tanah air semakin terasa dengan hadirnya komunitas Ibu Profesional yang fenomenal. Komunitas ini berupaya membentuk kualitas ibu yang mumpuni; bangga terhadap profesinya sebagai ibu, mendidik anak dengan sepenuh hati, sangat cekatan mengelola manajemen rumah tangga, bisa mandiri secara finansial, menempatkan anak dan keluarga sebagai prioritas teratas, serta eksistensinya sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, juga masyarakat.

Konsep profesional yang digaungkan Ibu Profesional terlihat jelas dalam sosok Ibu Septi. Dengan tekad menebar benih kebaikan sebanyak-banyaknya, Ibu Septi mewujudkan sikap profesional dalam kehidupannya sebagai ibu. Seorang ibu yang dalam perjalanan hidupnya tak hanya menjadi fondasi kebahagiaan keluarga tapi juga berdaya bagi masyarakat.

Berawal dari Keluarga

Ibu Septi dan Pak Dodik pertama kali bertemu di sebuah event Pramuka. Keduanya kebetulan suka Pramuka. Pak Dodik waktu itu memberi pelatihan manajemen organisasi. Kesan pertama Ibu Septi tentang Pak Dodik adalah “sosok yang pintar dan berwawasan luas”. Beberapa tahun kemudian, Pak Dodik datang melamar ke rumah. Saat itulah, dengan tegas ia mengutarakan visi misi tentang ibu sebagai pendidik anak-anaknya. Bahkan dengan lugas Pak Dodik mengatakan,”Kalau kamu sanggup, kamulah calon istriku. Tapi jika tidak sanggup, berarti  kamu bukan calon istriku.”

Pernikahan dengan Dodik Mariyanto, kakak kelasnya semasa SMA 1 Salatiga, membuat Ibu Septi memilih meninggalkan profesi PNS dan fokus mengurus keluarga. Itulah syarat yang diajukan Dodik saat melamar. Laki-laki alumnus Teknik Fisika ITB itu ingin anak-anaknya kelak dididik oleh ibu mereka, bukan orang lain, sekalipun itu kakek dan nenek. Komitmen itulah yang dipegang teguh oleh Ibu Septi.

Ibu Septi mengaku bahwa ia dan suami memiliki kesamaan visi bahwa keluarga adalah selayaknya “student center”, tempat yang penghuninya berkembang terus sampai menemukan peran hidup masing-masing. Seiring waktu, mereka disatukan dalam misi besar di bidang pendidikan ibu dan anak.

Mengarungi bahtera perkawinan selama 23 tahun, Ibu Septi mengaku bahwa sikap saling menerima dan fokus pada kekuatan masing-masing adalah resepnya. Selama dua dekade lebih itu, perubahan positif selalu terjadi dari tahun ke tahun. Bagi Ibu Septi, Pak Dodik adalah sosok guru yang sangat memahami bagaimana cara membimbing orang sesuai kepribadiannya. Banyak sekali perubahan yang dirasakan Ibu Septi selama mendampingi suami tercinta. “Pola komunikasi kami makin produktif dari tahun ke tahun. Begitupun kesabaran dan kebijaksanaan yang makin bertambah selaras usia pernikahan kami.”

Tentang dukungan Pak Dodik terhadap kegiatannya di bidang pendidikan, Ibu Septi mengakui bahwa sang suamilah yang melatihnya dari nol untuk setahap demi setahap berkarya dalam bidang pendidikan. “Pak Dodik biasa menceritakan pengalamannya. Beliau lalu melatih cara bicara saya, juga mengasah skill dan knowledge saya. Setelah itu beliau memberi ruang luas agar saya dapat menemukan bakat serta mengembangkan potensi saya,” kisah Ibu Septi.

Anak Merdeka

Nurul Syahid Kusuma, Kusuma Dyah Sekararum, dan Elan Jihad Kusuma, ketiganya dididik secara homeschooling oleh Ibu Septi selama pendidikan dasar. Baru setelah itu anak-anaknya masuk SMP 1 Salatiga, sekolah favorit di kota Salatiga yang berada di kaki Gunung Merbabu. Ketiga putra-putri Ibu Septi tak hanya diajarkan ilmu pengetahuan formal, tapi juga diperkuat dengan pendidikan karakter dan keterampilan berkomunikasi. Ketiganya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, dan santun.

Pola pengasuhan yang ia terapkan di rumah menggunakan konsep pendidikan yang memerdekakan anak. Karena anak terlahir sebagai pribadi merdeka, maka mereka boleh memutuskan ilmu apa yang mereka akan pelajari dan bagaimana cara mereka mempelajarinya. Menurut Ibu Septi hal itu tidak masalah selama masih sesai dengan fitrah diri anak.

Tantangan terbesar dalam mendidik anak diakui Ibu Septi terletak pada dirinya sendiri. Bagaimana menjaga semangat belajar meski banyak sekali yang harus dikerjakan. “Kalau dengan anak-anak, saya sangat mencintai mereka dan sangat suka dengan segala tantangan yang muncul dari mereka.”

Anak-anak pun punya kedekatan dengan bapak-ibunya. Jika ingin berdiskusi tentang pandangan dan ilmu-ilmu kehidupan, anak-anak segera mendekat ke ayah mereka. Sementara untuk urusan pribadi, hal-hal normalnya kehidupan, anak-anak memilih bercerita pada ibu mereka. Main, ngobrol bareng, atau beraktifitas bersama menjadi quality time yang disukai keluarga Ibu Septi.

Dampak Positif IIP

Menjadi profesional adalah sebuah proses pengembangan diri yang menuntut konsistensi dan kesabaran. Terlebih di zaman sekarang, banyak ibu menilai bahwa konsep yang ditawarkan IIP sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, program-program dalam IIP yaitu Ibu Sayang, Ibu Cekatan, Ibu Produktif, dan Ibu Shaleha pada hakikatnya berisi keterampilan mendasar yang memang harus dimiliki seorang ibu dalam pengabdiannya untuk keluarga.




Yousra, Aktris Sekaligus Aktivis kemanusiaan Peraih Penghargaan Golden Tanit di Beirut International Women Film Festival 2024

Sebelumnya

Sekilas tentang Muslim Women Australia: Merajut Asa, Merangkul Keberagaman

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women