KOMENTAR

MASA muda hanya sekali; tidak ada kesempatan kedua, tidak ada edisi ulangan dan tidak akan pernah bisa kembali. Namun masa muda pula yang paling indah untuk dikenang. Terlebih bagi perempuan, ketika pinggang masih ramping, tubuh langsing, bibir merah basah, pipi yang berisi, kulit halus mulus, dan sebagainya. Sayangnya, semua yang indah di masa muda itu tidak bisa kembali, meski pengeluaran besar-besar telah digelontorkan demi bertahan muda. Kalau yang diinginkan masa muda yang berhubungan dengan fisik, maka tidak akan didapatkan lagi, dan kenangan masa muda itu bisa-bisa hanya akan menyakiti hati.

Sebetulnya, masih ada peluang untuk kembali muda secara lahiriah, sayangnya peluang itu tidak akan kita dapatkan di dunia ini.

Seorang nenek bertanya, “Apakah penghuni surga ada yang tua seperti saya?” Rasulullah menjawab, “Tidak ada.” Perempuan tua itu bercucuran airmata. Habis sudah peluangnya menikmati surga. Rasulullah menghibur, “Semua perempuan yang masuk surga akan kembali muda.” Nenek itu pun tersenyum cemerlang. Selain mendapatkan surga, ia juga berkesempatan memperoleh kembali masa mudanya. Ia tidak memasuki surga dalam keadaan tua. Terlebih dahulu Allah akan menjadikannya muda kembali. (Hasan Zakaria Fulaifal pada buku Kisah-Kisah Islam yang Menggetarkan Hati).

Sejatinya peluang kembali muda tidak benar-benar habis, hanya saja kita berpeluang mendapatkannya di alam yang berbeda dan tidak semua perempuan bisa memperolehnya. Oleh sebab itu, kita perlu memaknai masa muda di dunia secara cermat, agar kesempatan yang satu kali ini bukannya berujung penyesalan melainkan dikenang dalam bingkai rasa syukur.

Memahami Makna Keindahan

Di masa mudanya, dikarenakan punya ayah Nabi Muhamamd, Fatimah mengalami kekerasan lahir batin dari pihak kafir Quraisy. Masa muda Fatimah penuh dengan cacian, makian dan penghinaan, bahkan teror. Apakah masa muda Fatimah tidak indah? Dua putri Rasulullah lainnya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum tak kalah perih, menikah muda tetapi disakiti oleh mertua yang berlidah tajam, Abu Lahab dan istrinya. Puncak keperihan itu tatkala kedua putri Rasulullah langsung menjanda, karena suami mereka dipaksa bercerai oleh orangtua karena dakwah Islam yang disyiarkan Nabi Muhammad. Dimana indahnya masa muda mereka?

Bagaimana caranya mengetahui masa muda yang indah itu? Indah atau tidaknya masa muda tergantung cara kita mendefinisikan makna kehidupan. Apakah masa muda itu dipenuhi dengan hal-hal bermanfaat atau hanya kesia-siaan? Jangan terjebak dengan kamuflase dunia, keindahan itu ada hakikatnya.

Dalam usia yang muda sudah menjadi pribadi matang, yang bukan hanya memahami makna kehidupan, tetapi juga siap berjuang sepenuh jiwa raga. Segala kepahitan yang dilalui Fatimah di masa muda tidak membuatnya lemah. Pribadinya justru menjadi indah sebab tegar dalam perjuangan hidup dan mendapatkan kehormatan di hadapan manusia dan Allah tentunya. Ibarat meminum jamu, rasanya memang pahit di lidah tetapi manfaatnya sangat indah bagi kesehatan tubuh.

Masa muda Ruqayyah dan Ummu Kultsum juga tidak buruk, karena status janda muda tidak membuat mereka hina. Malahan putri-putri Rasulullah itu mendapatkan suami luar biasa, yaitu Usman bin Affan. Terkadang Tuhan mempertemukan kita lebih dulu dengan orang yang salah, sebelum dipertemukan dengan orang yang benar. Hakikatnya, masa muda adalah masa pencarian menuju kebahagiaan. Terkadang untuk mencapai bahagia, kita akan melalui onak duri bahkan kobaran api.

Ada yang masa mudanya menjadi intelijen, pengantar ransum, ikut serta dalam sejarah hijrah, yaitu Asma binti Abu Bakar. Dalam usia muda Asma mengambil risiko besar menyelamatkan Rasulullah, walaupun dia sadar nyawa adalah taruhannya. Justru dalam kondisi berat itulah anak muda mampu berpikir cerdas dan bertindak hebat. Salah satunya yang legendaris tatkala Asma membelah dua ikat pinggangnya dalam membawakan makanan yang menyelamatkan nyawa Rasulullah dan Abu Bakar, sehingga dirinya dianugerahi gelar terhormat Dzatun Nithaqaini (wanita yang memiliki dua sabuk). Salah satu tanda anak muda adalah keberanian yang luar biasa dan Rasulullah memoles serta mengarahkan keberanian Asma dengan cara yang bermanfaat.

Ada yang lebih keren, yaitu Aisyah yang menikah muda. Pernikahan di masa muda dapat membentuk mental kepribadian yang unggul. Sebab dengan pernikahan seseorang akan dengan sendirinya terlatih bersikap dewasa, bertanggung jawab dalam kehidupan dan juga memiliki kepribadian yang matang. Sayangnya, anak-anak muda masa sekarang semakin bersemangat menunda pernikahan dan tidak jarang menikahnya justru di usia menjelang senja. Padahal pernikahan merupakan salah satu ibadah yang akan sangat dahsyat efeknya bila terjadi di masa muda.

Masa Muda

Sayangnya masih ada yang berpikri, mumpung masih muda dipuas-puaskan larut dalam kemilau dunia. Ada yang lebih menyeramkan, sengaja banyak bermaksiat dan melakukan perbuatan dosa. Katanya, biar di masa tua saja bertobat. Celakanya, dia malah mati muda. Mati dalam tumpukan dosa.

Pada masa muda, lakukanlah sebanyak-banyaknya amal kebaikan dan juga perbuatan bermanfaat. Karena akan susah sekali mengubah kebiasaan di kala sudah tua. Perempuan yang biasa kerja keras di masa muda akan terbiasa pula di masa tuanya. Perempuan yang masa remaja rajin ibadah juga akan terbiasa di masa tua. Akan berbahaya bila di masa muda suka berbuat maksiat, karena akan sulit memperbaikinya di masa tua. Butuh proses yang lama untuk tobat dan memperbaiki diri. Sejatinya, masa muda adalah masa terbaik dalam mentarbiyah diri. Karena masa muda merupakan cerminan dari masa tua seseorang.

Kalau bisa perempuan inginnya muda terus, utamanya muda dalam hal kecantikan. Namun tidak ada yang abadi di dunia ini, semua pasti berlalu digilas oleh zaman. Secara fisik kita tidak mungkin lagi mempertahankan kemudaan, tetapi jiwa muda dapat terus digelorakan dalam memperbanyak amal kebajikan. Biarlah di surga kelak kemudaan itu kembali dalam kondisi yang terindah.




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur