KOMENTAR

KABUPATEN Pesisir Selatan (bahasa Minang: Pasisia Selatan), adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat yang pernah menyandang predikat sebagai daerah tertinggal dan terpuruk. Namun berkat kegigihan dan ‘kenyinyiran’ Lisda Rawdha, perlahan-lahan predikat tersebut memudar dan berganti menjadi daerah yang berkembang pesat.

 

Lisda terkenal sebagai istri Bupati yang ‘nyinyir’ dalam artian tidak tahan berdiam diri melihat orang-orang yang membutuhkan bantuan, juga tanpa lelah mengingatkan serta terjun langsung blusukan bersama suami, AKBP H. Hendrajoni, S.H., M.H., untuk mensejahterakan masyakarat di kabupaten yang berjuluk negeri sejuta pesona itu. Misalkan saja untuk masalah gaji guru ngaji yang awalnya hanya 75.000 sebulan, saat ini sudah naik berkali-kali lipat berkat ‘kenyinyiran’ seorang Lisda.

 

Selain itu, banyak program yang ditelurkan ibu empat anak ini sukses dijalankan dan tidak sedikit menuai pujian. Di antaranya program bedah rumah, bantuan kursi roda, dan penangan gizi buruk. Lisda gencar memberdayakan masyarakat di Pesisir Selatan dan tanpa lelah mengimbau masyarakat serta pihak ketiga untuk berperan aktif membantu saudara-saudara yang membutuhkan, sesuai dengan tugas. Tak hanya soal kemanusiaan, perempuan yang hobi traveling ini juga gencar mempromosikan pariwisata Pesisir Selatan.

 

Pengalamannya di dunia entertainment, dan pernah berkeliling dunia dengan orang-orang nomor satu di negeri ini (saat menjadi Pramugari Kepresidenan-red) tidak menjadikan Lisda besar kepala. Ia justru memanfaatkan jaringan yang luas tersebut untuk memajukan kesejahteraan masyarakat Pesisir Selatan.

 

Perempuan kelahiran 1975 ini pun diganjar banyak penghargaaan. Di antaranya Srikandi Award dan Golden Personality Award versi Rakyat Merdeka Online. Saat ini, Lisda sedang menempuh studi doktoral di Universitas Negeri Padang. Selain sebagai ketua TP-PKK, Lisda juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) wilayah Sumatera Barat. Sejak muda, Lisda adalah gadis yang aktif. Saat duduk di bangku SMP, ia sudah menjadi model untuk salon kecantikan. Pindah ke Jakarta untuk menjadi pramugari, ia sempat bermain film dan sinetron untuk mengisi waktu senggang di sela dinas.

 

F: Bagaimana awal perjumpaan Ibu dengan Bapak hingga mantap memutuskan menikah?

LR: Awalnya kami dikenalkan oleh teman, sekitar 2 bulan setelah itu kami langsung menikah. Tidak pernah terpikir baru kenal orang terus langsung menikah. Bapak itu tipe orang yang ‘to the point’ tidak mau pacaran, kalau mau jadi istri segera menikah, dan kalau tidak mau ya sudah. Setelah berjalan beberapa waktu, dan beliau memiliki kriteria yang baik tanpa ada rapor merahnya, keluarga besar juga mendukung dan akhirnya kami menikah.

 

F: Seperti apa sosok Bapak di mata Ibu?

LR: Bapak itu orang yang tegas, disiplin, apa adanya, terbuka, pekerja keras dan orang yang paling mencintai kampungnya. Setelah menjadi istri Bupati, saya akhirnya menyadari kalau kita memilih pemimpin ternyata harus lihat istrinya juga. Karena ibarat pesawat, dengan dua mesin akan lebih cepat terbang dibandingkan hanya dengan satu mesin.

 

F: Pengalaman apa yang paling berkesan ketika menjadi pramugari?

LR: Menjadi Pramugari Kepresidenan adalah pengalaman paling berharga, harus disyukuri, dan paling berkesan. Dulu, Pramugari Kepresidenan direkrut dari Garuda, ada 50 orang. Setiap Presiden memiliki kesan tersendiri bagi saya.

 

F: Bagaimana seorang pramugari beradaptasi dengan kesibukan sebagai istri polisi lalu menjadi istri bupati?

LR: Insya Allah saya orang yang cepat beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Perbedaannya hanya pada ruang lingkup tugas yang lebih luas. Sebagai Ketua PKK, saya adalah mitra Pemerintah dalam membangun daerah. Dengan program pokok 10 PKK yang sekarang dijalankan, istilahnya dari orang bangun sampai tidur, dari orang melahirkan sampai kematian, semua ada dalam 10 program PKK. Lebih ada tanggung jawabnya, bukan hanya sebagai panggilan jiwa. SK-nya dari Kementerian, jadi sudah ada Tupoksi-nya (Tugas pokok dan fungsi), dan kegiatannya sudah jelas.

 

F: Hal apa yang menjadi perhatian Bapak dan Ibu di Pesisir Selatan?

LR: Ketika pertama kali datang ke sana, masalah yang paling banyak ditemui adalah masalah kemiskinan, gizi buruk, dan pengangguran.




Masnu’ah, Pahlawan Ketidakadilan Gender di Pesisir Demak

Sebelumnya

Bangkit dari Titik Terendah, Sri Mulyani Ingat Pesan Ibu untuk Berpegang Teguh pada 3 Hal Ini

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women