Annisa Pohan Yudhoyono
Annisa Pohan Yudhoyono
KOMENTAR

Aira melihat bagaimana susah payah ibunya menggalang dana, turun ke tempat bencana, dan memberi bantuan ke berbagai pihak. Aira banyak bertanya tentang itu, dan saya menjelaskan mengapa itu dilakukan. Insya Allah prinsip yang saya ajarkan bisa diterima Aira.

F: Ada rencana terdekat apa terkait kegiatan sosial Mbak Annisa?

A: Kegiatan kami umumnya bersifat rutin. Tapi untuk proyek spesial, Jendela Dunia akan hadir di Bandung menyusul yang sebelumnya sudah ada di Marunda. Ada juga program 1000 Tas Untuk Anak Pedalaman. Saat ini kami sudah menyalurkan 600 lebih tas sekolah ke berbagai daerah pelosok. Mengapa tas sekolah, karena tas tergolong barang mewah hingga anak- anak di pedalaman Papua, pedalaman Aceh, NTT, dan lokasi terpencil lain, sulit memilikinya.

Yayasan Tunggadewi juga akan menggelar workshop setiap bulan dengan fokus pada pemberdayaan perempuan. Inginnya workshop ini bisa gratis diikuti oleh masyarakat. Materinya yang menambah pengetahuan dan keterampilan. Misalnya beauty class, training para guru PAUD, dan parenting. Kami tentu memerlukan bantuan dana dan tempat untuk mewujudkannya. Sederhana, tapi tepat sasaran.

F: Menurut Mbak Annisa, kontribusi seperti apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjaga keharmonisan bermasyarakat?

A: Kita ingin negara ini aman dan nyaman bagi siapapun. Karena itulah, kunci utamanya adalah saling menghormati. Dengan demikian, kita akan berpikir sebelum bertindak dan berpikir sebelum berucap. Sayangnya, di zaman sekarang ini, orang cenderung emosional, tidak menghargai orang lain, hingga mudah menyinggung pemikiran dan kepercayaan orang lain.

Terlebih lagi di media sosial, orang bisa seenaknya memberi komentar tanpa berpikir lebih dulu. Jika di kehidupan nyata, ada kontrolnya. Tapi di dunia maya, remnya seolah lepas. Kita harus bisa menghormati apa yang orang lain lakukan selama itu tidak mengganggu kita.

***

Bagi ibu dari Almira Tunggadewi Yudhoyono ini, setiap manusia harus berpikir untuk membagi kebahagiaan dan membagi keberuntungan (rezeki) kepada orang lain. Karena rezeki bisa menjadi ujian bagi pemiliknya atau sebaliknya, menjadi nikmat dari Allah Swt. Tergantung bagaimana memanfaatkannya.

Hidup, menurut Annisa haruslah seimbang. Di satu sisi, ia dapat menikmati pendidikan tinggi dan meraih gelar S2, tapi itu tidak membuatnya menomorduakan keluarga. Ilmu yang ia peroleh pun dimanfaatkannya dalam mengelola Yayasan Tunggadewi. “Apa yang saya lakukan, insya Allah akan menjadi ladang pahala untuk kehidupan akhirat saya kelak.”




Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Sebelumnya

Mooryati Soedibyo Tutup Usia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women