Ilustrasi
Ilustrasi
KOMENTAR

Dalam urusan beramal dengan harta, satu hal yang harus kita resapi adalah perkataan Rasulullah yang diriwayatkan Muslim bahwa “tidaklah sesuatu pemberian sedekah itu mengurangi banyak harta.”

Harta ibarat berhala dalam diri manusia, yang selalu berusaha menghalangi sinar Ketuhanan masuk ke hati. Dengan peduli sosial, kita berusaha memusnahkan berhala dalam diri kita hingga ruang untuk tumbuhnya ketakwaan kian meluas.

Muslim yang yakin bahwa Allah pasti menambah rezekinya tiap kali ia menyisihkannya untuk membantu sesama, maka ia akan gelisah jika tidak bisa ikut aksi sosial. Ia akan risau manakala tertinggal dalam sebuah program sosial. Ia merasa berdosa karena tidak bisa meringankan beban penderitaan saudaranya.

Dan tidak saja tentang harta. Seorang muslim yakin bahwa ketika kita membantu orang lain yang sedang kesusahan, maka Allah pun tak segan membantu kita. Perbuatan baik akan dibalas perbuatan baik. Ini tidak pernah meleset meski zaman terus berganti. Karena itulah, andaikan ada seorang muslim yang tidak terusik kala ada orang di sekitarnya yang merintih, maka ada yang salah dengan keimanan dan keislamannya.

Mengajak Beramal Tanpa Pamrih

Kebahagiaan membantu sesama adalah sebuah perasaan yang seharusnya tidak perlu diumbar. Sebagai publik gure, memang sah saja bila beberapa pihak mengadakan kegiatan amal dan selalu mendapat sorotan kamera. Entah itu para selebriti yang menghiasi program entertainment maupun individu non-selebritas yang mengunggah foto di media sosialnya. Tentang berbagi kebahagiaan dengan anak yatim, ajakan berinfak, atau saat membantu korban bencana alam.

Wajar saja memang, dengan alasan ingin menginspirasi orang banyak untuk berbuat kebajikan. Jika memang disebarluaskan oleh sebuah yayasan atau kepanitiaan, sorot kamera itu bisa jadi tanda terima kasih karena telah dibantu. Tapi jika disebarluaskan oleh pelaku amal, tidak riskankah ini menjurus kepada riya? Inilah yang harus kita sadari.

Kepedulian sosial yang melahirkan kesalehan sosial harus diyakini sebagai satu bentuk ibadah kita kepada Allah. Bukan semata menyelamatkan manusia di kehidupan dunia, melainkan ada nilai lebih yang terkandung dalam perbuatan sosial kita. Karena kita adalah muslim, maka kita yakin segala kebaikan yang kita lakukan insya Allah akan bernilai pahala. Menjadi ladang amal untuk akhirat kelak.

Maka, perempuan tidak boleh memadamkan empati dalam dirinya. Perempuan yang menjadi ibu dan berada di balik kesuksesan suaminya, maka ia harus menjadi pribadi penuh empati agar dapat menularkannya pada keluarga. Kelak, semakin harumlah kepedulian sosial dalam bangsa ini.




Miris, Indonesia Ranking Keempat Dunia Konten Porno Anak

Sebelumnya

Protes 28 Pegawai Berujung Pemecatan: Desak Google Putuskan Kontrak Kerja Sama dengan Israel

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News