Okky Asokawati
Okky Asokawati
KOMENTAR

FROM Fashion to Politics, itulah jalan hidup yang dipilih mantan supermodel kebanggaan Indonesia ini. Terbukti, kecerdasan berpikir Okky membuat karier politiknya tak kalah cemerlang dengan prestasi yang ia torehkan di panggung runway.

Okky Asokawati dikenal sebagai model papan atas kenamaan tanah air. Wajah yang sangat Indonesia, tinggi badan menjulang, serta gestur yang luwes dan anggun baik di atas catwalk maupun kesehariannya, Okky mejadi rebutan para disainer dalam menampilkan mahakarya mereka. Kini, Okky adalah wakil rakyat yang duduk di Komisi IX DPR RI dari Fraksi PPP. Komisi yang membawahi bidang kesehatan dan ketenagakerjaan ini memberi ruang luas bagi Okky untuk mengabdi bagi bangsa. Apa kabar ibu dua putri ini? Simak kisahnya bersama Farah.

F: Bagaimana seorang Okky melihat perkembangan dunia model Indonesia saat ini?

OA: Saya bersyukur karena Indonesia saat ini sudah punya model yang tingginya semampai, seperti Paula Verhoeven (182 cm). Dengan demikian para disaner tetap bertahan menggunakan peragawati dan model Indonesia ketimbang model luar negeri. Bagaimanapun, model Indonesia lebih luwes melenggang di atas panggung daripada model luar.

Saya juga senang saat ini kesempatan menjadi model terbuka luas untuk siapa saja. Baik untuk gadis berhijab, pemilik badan yang tidak terlalu kurus, juga mereka yang bukan berasal dari keluarga berada.

F: Saat memutuskan berkarier di politik, apakah PPP memenuhi kriteria parpol yang Okky idamkan?

OA: Sebelumnya, tidak pernah terlintas di benak saya untuk berpolitik apalagi menjadi anggota parlemen. Sekitar 10 tahun lalu, saya merasa sudah cukup mengejar karier. Karena itu, saya berniat melanjutkan S2 Psikologi di Universitas Indonesia agar saya dapat menjadi dosen psikologi di Universitas Pancasila.

Saat itulah datang tawaran dari PPP. Mereka menjaring nama saya untuk mengisi kuota 30% keterwakilan perempuan dalam parlemen. Jujur saja, saya ragu. Namun, pinangan itu memang tidak datang tiba-tiba.

Sebelumnya, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA) yang kala itu menjabat Menteri Koperasi, lebih dulu meminta saya dan Ratih Sanggarwaty untuk menjadi Duta Koperasi Wanita.

Saat mengajak untuk bergabung ke PPP, saya ingat SDA mengatakan bahwa ilmu yang saya miliki, jika disalurkan di kursi parlemen untuk membuat UU, maka hasilnya akan dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Perkataan SDA itu mengingatkan saya pada petuah almarhum ayah, “jadilah bermanfaat bagi banyak orang”. Akhirnya saya berkesimpulan ini adalah jalan yang diberikan Allah agar saya lebih bermanfaat untuk pembangunan bangsa.

F: Apakah perbedaan mendasar antara profesi model dan politisi berdasar pengalaman Okky?

OA: Yang sangat berbeda adalah kepuasannya. Jika dulu sebagai model, kepuasan itu muncul saat saya berhasil membuat baju yang saya pakai terlihat indah dan dibeli orang. Atau saat saya jalan sendirian di atas catwalk dan semua mata memandang ke saya. Juga saat difoto, kepuasan muncul saat foto saya sukses menampilkan cita rasa seni yang indah. Dalam dunia modeling, kepuasannya bersifat sangat personal.

Setelah menjadi anggota Dewan, kepuasan itu muncul jika saya mampu menolong lebih banyak orang. Jika dulu kepuasan saya memupuk ego, kini kepuasan itu menggempur ego. Misalnya saja saat sedang bersama anak, tiba-tiba datang konstituen mengajukan proposal. Saat itu saya harus menurunkan ego dan meluruskan kembali niat saya. Apalagi dalam al-Qur’an juga dikatakan bahwa tamu adalah rezeki dan harus dihormati. Jika mereka merasa senang dengan apa yang saya lakukan, di situlah letak kepuasannya.

F: Selain nama besar, bekal apa dari dunia modeling yang sangat berguna saat menjadi politisi?

OA: Sebagai model yang terbiasa ditonton berjuta pasang mata dan menghadapi wartawan, semua itu mengasah keterampilan public speaking saya. Bagi seorang politisi yang tidak memiliki pengalaman untuk tampil di hadapan orang banyak, ketika kemudian dia harus mengeluarkan pendapat dalam rapat dan bertemu wartawan, itu bisa menimbulkan kegamangan.

F: Menjelang akhir masa jabatan setelah terpilih 2 periode ini, apa yang masih belum tuntas diperjuangkan Komisi IX?

OA: Saat ini setidaknya masih ada tiga yang belum rampung. Pertama, kami masih memperjuangkan RUU Kebidanan. Tujuannya agar para bidan di daerah terpencil yang tidak ada dokter, diberi payung hukum berupa kewenangan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menolong nyawa masyarakat. Kedua, RUU BPOM terkait kewenangan mereka memberi sanksi hukum pada perusahaan-perusahaan nakal. Kami ingin BPOM seperti FDA (Food and Drug Administration) di Amerika yang ‘bergigi’ dalam menyelidiki dan menghukum perusahaan nakal yang meresahkan masyarakat. Dan yang ketiga, perapihan BPJS Kesehatan. Kemenkes selaku regulator dan BPJS Kesehatan selaku operator harus duduk bersama membahas berbagai kepincangan yang ditemukan di lapangan.

F: Apa pendapat anak-anak melihat ibu mereka bergelut di politik?

OA: Anak pertama saya Diva yang sedang kuliah di Sorbonne University, selalu memantau kegiatan ibunya. Kami bisa asyik berdiskusi tentang politik karena dia ternyata memiliki minat terhadap politik. Dia ingin meniru jejak ibunya. Saya bilang, “Di, be the best of you.” Setiap orang punya potensi masing-masing dan saya yakin dia mampu menjadi lebih baik dari saya. Sedangkan si kecil Queenta yang belum paham politik, suka protes jika saya sering kunjungan kerja atau ke luar negeri dalam waktu lama. Karena itu, saya memanfaatkan weekend sebaik-baiknya dengan Queenta.

F: Seandainya kelak tidak lagi berkecimpung di politik, apa yang Okky lakukan?

OA: Passion saya sebenarnya di dunia pendidikan. Tapi bukan hanya seputar modeling. Intinya, saya ingin memiliki sekolah yang bertujuan untuk empowering women, terutama dari sisi kepribadian.




Samarinda, Makassar, Pekanbaru, Medan, Bandung Bersiap Tunggu Konser Sheila On 7

Sebelumnya

Paula Verhoeven Diduga Mantap Berhijab, Video Baim Wong Dapat Kritik Pedas Warganet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Entertainment